Tel Aviv, MINA – Yair Lapid, pemimpin partai oposisi terbesar Israel, mengecam rencana rezim Zionis yang ingin membangun “kota kemanusiaan” di atas reruntuhan Rafah di Gaza Selatan.
Lapid yang menjabat sebagai perdana menteri Israel selama enam bulan pada 2022, mengatakan kepada Radio Angkatan Darat Israel, tidak ada hal baik yang akan dihasilkan dari rencana pembangunan “kota kemanusiaan” dan dia menyebutnya sebagai “kamp konsentrasi.”
“Itu ide yang buruk dari segala perspektif – keamanan, politik, ekonomi, logistik,” katanya. Quds News Network (QNN) melaporkan.
“Saya tidak suka menggambarkan kota kemanusiaan sebagai kamp konsentrasi, tetapi jika dilarang keluar, maka itu adalah kamp konsentrasi,” tegasnya.
Baca Juga: Dua Tentara Israel Tewas dalam Serangan Pejuang Palestina di Gaza
Mantan Perdana Menteri Ehud Olmert juga mengatakan bahwa apa yang disebut “kota kemanusiaan” itu sebenarnya adalah “kamp konsentrasi.”
“Itu adalah kamp konsentrasi. Saya minta maaf,” kata Olmert kepada Guardian.
Israel telah melakukan kejahatan perang di Gaza dan Tepi Barat, kata Olmer, dan pembangunan kamp tersebut akan menandai sebuah eskalasi.
“Jika mereka [warga Palestina] akan dideportasi ke ‘kota kemanusiaan’ yang baru, maka bisa dikatakan bahwa ini adalah bagian dari pembersihan etnis. Itu belum terjadi,” tambah Olmert.
Baca Juga: Al-Qassam Serang Kendaraan Zionis dengan Rudal Al-Yassin 105
Olmert menambahkan, setelah berbulan-bulan retorika kekerasan, termasuk seruan dari para menteri untuk “membersihkan” Gaza dan proyek-proyek pembangunan pemukiman Israel di sana, klaim pemerintah pendudukan Israel bahwa “kota kemanusiaan” yang bertujuan melindungi warga Palestina tidak kredibel.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengumumkan rencana untuk memaksa warga Palestina masuk ke dalam “kota kemanusiaan” yang akan dibangun di atas reruntuhan Rafah. “Tujuan kami adalah mendorong mereka untuk beremigrasi,” ujarnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pejuang Palestina Sergap Pasukan Zionis, Tiga Tewas