Addis Ababa, Ethiopia, 3 Rabi-ul Awwal 1435/3 Januari 2014 (MINA) – Ketika para pemimpin dua pihak yang bertikai di Sudan Selatan berunding di ibukota Ethiopia, pasukan mereka tetap bertempur di daerah konflik.
Kementerian Luar Negeri Ethiopia mengatakan, juru runding kedua seteru, Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan saingannya mantan Wakil Presiden Riek Machar, mengadakan pertemuan pendahuluan Jumat, menjelang negosiasi resmi dalam upaya mengakhiri konflik selama hampir tiga minggu.
Dina Mufti, juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan, pertemuan wakil-wakil pemerintah dan kelompok oposisi diperlukan untuk menjembatani perbedaan menjelang pembicaraan langsung yang akan dimulai Sabtu.
Namun di medan konflik, pasukan kedua belah pihak terus berjuang dan laporan menunjukkan bahwa pasukan oposisi telah berbaris menuju ibukota Sudan Selatan, Juba.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Al Jazeera melaporkan dari Juba yang dikutip Mi’raj News Agency (MINA), penduduk menjadi sangat gugup dan khawatir karena pertempuran kian mendekat.
Juru bicara Kedutaan Besar Amerika Serikat di Juba mengatakan, Departemen Luar Negeri telah memerintahkan penarikan lebih lanjut personil kedutaan, karena memburuknya situasi keamanan.
Sebuah pesawat evakuasi sedang diatur untuk hari itu, Al Jazeera melaporkan yang diberitakan Mi’raj News Agency (MINA).
Pemerintah Sudan Selatan telah mengumumkan keadaan darurat di negara bagian Unity dan Jonglei yang kini berada di bawah kendali oposisi.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Kamis, pemerintah pusat memperingatkan bahwa pasukan oposisi yang setia kepada wakil presiden yang dipecat, telah bersiap-siap berbaris menuju Juba dari Bor, ibukota negara bagian Jonglei, yang menjadi ajang pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan oposisi.
Sebelumnya Presiden Salva Kiir mengatakan, pertempuran dipicu oleh upaya kudeta yang dilakukan tentara yang setia kepada Machar pada 15 Desember. Namun hal itu diperdebatkan oleh beberapa pejabat partai berkuasa yang mengatakan kekerasan dimulai ketika pengawal presiden dari kelompok etnis Dinka mencoba melucuti orang-orang dari kelompok Nuer, etnis asal Machar. (T/P09/IR).
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa
PO
Baca Juga: Presiden Afsel Minta Dunia Tekan Israel Hentikan Serangan di Gaza