Jakarta, 17 Syawal 1434/24 Agustus 2013 (MINA) – Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Wawan Wiratma mengatakan bahwa hubungan antara umat Khonghucu dan umat Islam di Indonesia dan dunia, selama ini sangat baik.
“Selama ini hubungan Konghucu dengan Muslim sangat baik, ini juga terjadi di dunia internasional,” kata Wawan kepada wartawan Mi’raj News Agency (MINA) di sela-sela acara dinner (makan malam) Konferensi Muslim dan Khonghucu (The Islam and Confucian Summit 2013), Jumat malam (23/8) di Jakarta Utara.
Menurut Wawan, kerukunan bisa tercipta karena dari sisi Khonghucu memiliki prinsip kerukunan.
“Walaupun berbeda, tapi harus rukun. Kami juga selalu menganjurkan untuk berbaur dengan umat agama lain. Prinsip-prinsip inilah yang kami pegang, supaya dunia juga melihat bahwa di Indonesia kita hidup rukun,” ujar Wawan.
Baca Juga: Presiden Prabowo Beri Amnesti ke 44 Ribu Narapidana
“Agama bukan untuk dibenturkan, tapi untuk saling mengerti, saling harmonis,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua MATAKIN Dewan Rokhaniwan Tjhie Tjay Ing mengatakan bahwa manusia harus menjadi luhur budi meski tidak sama (keyakinannya).
“Kita wajib memiliki harmoni, kerukunan, meski tidak sama. Boleh tidak sama, tapi tidak boleh tidak luhur (tercela). Jangan sampai agama sama, bangsa sama tapi tidak rukun,” kata Tjhie.
Tjhie mengungkapkan bahwa ada mantan skretaris MATAKIN yang aktif, kemudian memeluk Islam.
Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Diguyur Hujan
Senada dalam sambutannya di acara dinner tersebut, Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin juga menyampaikan bahwa antara Islam dan Khonghucu memiliki beberapa kesamaan, yaitu Islam memegang prinsip lakum dinukum waliadin (bagimu agamamu dan bagiku agamaku) dan rahmatan lil ‘alamin (kasih bagi semesta alam).
“Saya sangat tidak setuju jika ada persepsi negatif antara Muslim dengan Khonghucu. Jika ada, itu adalah kecelakaan sejarah. Jadi, teman-teman Khonghucu jangan segan-segan menjalin hubungan dengan saudara-saudara Muslim,” kata Din.
“Khonghucu dan Taonisme, sebenarnya lebih dekat kepada Islam daripada agama-agama lainnya,” tambah Din.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan MATAKIN bekerjasama mengadakan Konferensi Muslim dan Khonghucu (The Islam and Confucian Summit 2013) yang pertama di dunia, 23-25 Agustus di Jakarta Utara.
Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan
Dihadiri oleh perwakilan MUI dan MATAKIN dari seluruh Indonesia. Hadir pula tokoh-tokoh Khonghucu dari berbagai negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Taiwan, Peru, Hongkong dan lainnya. (L/P09/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan
Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia