Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar.” (QS. As-Sajdah ayat 24).
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Ayat tersebut menyatakan bahwa umat senantiasa membutuhkan pemimpin yang dapat memberikan petunjuk dan arahan. Sehingga pemimpin tersebut menjadi penggerak, pengelola dan rahmat bagi umat yang dipimpin atau dikelolanya. Sementara umat yang dipimpin atau dikelolanya bersikap sabar dalam menerima arahan dan petunjuk pemimpinya.
Firman Allah:
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ ۖ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah”. (QS. Al-Anbiya: 73).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Melalui ayat tersebut Allah SWT mengingatkan bahwa mengerjakan kebajikan merupakan hal yang prinsip bagi suksesnya tugas kepemimpinan. Keteladan dalam kebaikan ini sangat membantu bagi terwujudnya suatu perintah dan akan lebih mengena bagi umat yang dipimpinannya.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam (SAW) bersabda:
أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Ketahuilah setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar RA).
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Keteladanan yang baik akan lebih mudah dipahami dan mendorong umat untuk melaksanakan arahan dan perintah dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan, tanpa diikuti perasaan terpaksa. Keteladanan yang baik atau akhlakul karimah bagi pimpinan merupakan cara terbaik untuk mendekatkan dan mengakrabkan dirinya dengan umat yang dipimpinnya. Sehingga akan terjalin hubungan yang harmonis, menumbuhkan rasa saling pengertian, dan saling cinta.
Dengan demikian akan terwujudlah jalinan kehidupan bermasyarakat yang saling mendoakan kebaikan. Namun apabila pemimpin yang didapat tidak atau belum memenuhi kategori teladan yang baik, maka sebagai umat berkewajiban bersabar dan memberikan nasihat, tanpa meninggalkan ketaatan kepadanya, selama tidak maksiat.
Rasulullah SAW bersabda:
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمِ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمِ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
“Sebaik-baik pemimpin kamu adalah mereka yang kamu sukai dan kamu suka kepada mereka, mereka mendo’akan kamu dan kamu mendo’akan mereka. Sedang sejelek-jelek pemimpin kamu adalah mereka yang kamu benci dan mereka benci kepada kamu, kamu melaknat mereka dan mereka melaknat kamu. Ditanyakan, “Ya Rasulullah, apakah tidak kami penggal mereka itu dengan pedang?” Beliau bersabda, “Tidak, selama mereka menegakkan shalat bersama kamu, maka jika kamu melihat pemimpinmu melaksanakan sesuatu yang kamu membencinya, maka bencilah amalannya dan janganlah kamu melepaskan tangannya dari ketha’atan.” (HR. Muslim dari Auf bin Malik).
Wallahu a’lam bis showaab. (P07/R2 )
*Wartawan di Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang