Pemuda Asal Aceh Ini Berbagi Tips Menghafal Al-Quran

Jakarta, MINA – Menghafal Al-Quran bagi sebagian orang memang bukan perkara yang mudah dilakukan. Terlebih harus berpacu dengan waktu. Biasanya akan ada beberapa orang yang ‘tereliminasi’ pada sesi tersebut dengan berbagai alasan.

Namun, bagi Muzammil Hasballah, seorang qari asal Aceh yang beberapa waktu lalu melepas masa lajangnya punya teknik tersendiri dalam menghafal Al-Quran. Pemuda yang dulunya aktif sebagai arsitek ini menganggap bahwa menghafal adalah sebuah karunia dari Allah Subhahu Wa Taala.

“Dulu saya pernah kuliah dan jurusan yang saya ambil sebenarnya adalah arsitek. Tetapi syukur alhamdulilah Allah memberikan karunia ini,” ujar Muzammil kepada ribuan jamaah Dzikir Nasional Republika yang hadir di Masjid At-Tin, Jakarta, Ahad (31/12).

Pada kesempatan itu, pemuda yang kini sudah hafal 30 juz itu memberikan beberapa tips cara menghafal Al-Quran. Yang perlu diingat bagi pemula adalah tetap semangat dan istiqomah dalam menghafal.

“Allah dalam banyak firman-Nya menjelaskan bahwa menghafal Al-Quran tidaklah sulit. Bahkan Allah sendiri yang akan membimbing untuk memudahkan menghafal Al-Quran,” ujarnya.

Sebelum menghafal, imbuh Muzammil, seseorang sebaiknya sudah memiliki kemampuan membaca Al-Quran yang baik dan benar.

“Bacaan Alquran yang baik dan benar minimal sudah diperdengarkan oleh syeikh atau guru yang memiliki hafalan Al-Quran,” tegasnya.

Yang terpenting lagi ialah mencari guru atau membuat lingkungan yang baik untuk menghafal. Ia mengingatkan untuk tidak coba-coba menghafal Al-Quran secara otodidak, atau menghafal dengan cara mendengar murottal sambil menghafal.

“Itu semua baik, tapi tetap saja harus mencari seorang guru untuk mentasmi’ atau mendengarkan hafalan dan bacaan quran kita,” ujarnya lagi.

Begitupun dalam menghafal, harus disadari betul bahwa menghafal Al-Quran bukan masalah cepat-cepatan. Menghafal Al-Quran adalah proses yang panjang dan jangan terburu-buru, serta meluangkan waktu untuk memurojaah.

“Banyak di antara kita yang menghafal. Tapi lupa murojaah. Padahal murojaah tak kalah pentingnya dari menghafal. Sebab murojaah berarti menjaga hafalan kita,” katanya.

Menurut Muzammil, penjaga atau penghafal Alquran merupakan kedudukan paling tinggi di antara amalan lainnya yang memerlukan interaksi dengan Al-Quran.

“Tartil itu perlahan-lahan dan lambat. Baik dan benar. Tujuan membaca Al-Quran dengan tartil ini adalah untuk mentadabburi dan menghayati Al-Quran,” kata Muzammil menutup tipsnya dalam menghafal Al-Quran. (L/R06/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.