Oleh: Rana Setiawan, Redaktur Kantor Berita Islam MINA
Mush’ab bin Umair, seorang pemuda dari keluarga kaya-raya. Pada masa awal dakwah Islam, ia telah memeluk Islam dan tetap menyembunyikan hal tersebut dari keluarganya.
Tetapi ada orang yang melapor pada keluarganya bila Mush’ab telah masuk Islam. Mendengar laporan itu, mereka mengikat tangan dan kaki Mush’ab dan menjebloskannya ke dalam bui. Setelah dikerangkeng beberapa lama, ia berhasil melarikan diri dan ikut dengan rombongan yang hijrah ke Etiopia.
Setelah beberapa tahun kemudian, Mush’ab pergi meninggalkan Etiopia menuju ke Madinah. Di tempat barunya ia hidup dalam kesulitan finansial yang akut.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Suatu hari ia berpapasan dengan Rasulullah dengan mengenakan sehelai kain yang sobek yang berjuang menutupi tubuhnya. Rasulullah teringat akan keadaan Mush’ab yang dahulu hidup bergelimang kemewahan. Air mata beliau berlinang melihat nasibnya yang mengenaskan.
Saat perang Uhud, Mush’ab dipercaya membawa panji-panji tentara Islam. Mush’ab dengan gagah berani berdiri di tengah medan laga. Keadaan kaum Muslimin semakin terdesak dan barisan mereka mulai terpecah.
Seorang tentara musuh mendekati Mush’ab dan dengan satu ayunan pedang musuh berhasil menebas tangan kanan Mush’ab.
Dengan sigap Mush’ab mempertahankan panji-panji Islam dengan tangan kirinya. Namun tangan kirinya juga tertebas pedang musuh. Kemudian ia menekan tongkat panji-panji ke dalam dadanya dan mengapitnya dengan kedua kakinya guna menjaganya agar tetap berdiri tegak.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Namun orang ketiga melepaskan anak panah ke arahnya dan membuatnya jatuh tersungkur di tanah.
Demikian kisah salah satu pemuda Islam terbaik sepanjang sejarah sebagaimana dalam Hikaya-i-Sahabah, pemuda yang teguh mengabdi demi kebenaran. Kisah yang tak terhitung dalam goresan sejarah Islam ini tentunya menjadi pengingat keagungan pemuda dalam masyarakat Islam.
Asy-Syabab, atau masa muda, sebagaimana ungkapan Syaikh ‘Atiyah Muhammad Salim dalam Syarah Bulughul Maram, diambil dari kata syabba-yasyubbu, artinya adalah tinggi. Kata ini bisa juga dipakai untuk mensifati api. Contohnya adalah: Syabbat an-naar, yang maknanya adalah api yang menjilat-jilat tinggi. Sehingga kata asy-syabab bisa diartikan sebagai kekuatan besar, menggelora, membara yang mengalir deras.
Untuk itu, para pemuda Islam yang taat beribadah dan suka melaksanakan ibadah sunnah adalah para pemuda generasi harapan Islam yang akan membuat Islam kembali berjaya. Para pemuda Islam yang bersemangat rajin melaksanakan Shalat Malam akan membuat mereka menjadi para pemuda yang memiliki hati bersih, rendah hati, memiliki optimisme dan tidak kenal putus asa serta memiliki kesabaran kuat dalam meniti kehidupan Islami.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Pemuda yang memiliki aqidah kokoh dan akhlaq mulia merupakan tumpuan harapan umat, sosok yang akan menjadi penolong bagi masyarakat, mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya Islam.
Alah SubahanahuWata’ala pun meminta kita untuk menyelami kisah para pemuda ashabul kahfi yang teguh mengabdi untuk memperjuangkan kebenaran hingga akhir hayat.
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”(QS. Al-Kahfi: 13)
Semoga Allah membimbing kita dan anak-anak kita menjadi pemuda Islam yang tangguh dan teguh mengabdi untuk kebenaran (alhaq) Islam yang disampaikan Rasulullah Shalllahu ‘alaihiwasallam. (R05/P001)
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)