Jakarta, 26 Rabi’ul Akhir 1438/ 25 Januari 2017 (MINA) – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Jasra Putra mengatakan, jika nanti ada industri rokok yang gulung tikar karena penutupan iklan rokok, maka pihak Muhammadiyah siap menerima para korban PHK untuk pindah ke usaha yang telah dibuat.
“Petani tembakau di Temanggung telah kami berdayakan untuk mengolah lahan-lahan pertanian disana berupa hasil pangan produktif,” katanya dalam acara Konferensi Pers “Membendung Perokok Baru Dengan Pelarangan Iklan Promosi dan Sponsor Ship”, di Gedung Dakwah PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/1).
Ia menambahkan, sebenarnya di Indonesia itu banyak ladang dan tanah yang masih kosong dan subur, tetapi kurangnya sumber daya manusia yang belum mengolahnya sehingga itu jadi sia-sia.
Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.
Bahaya mengkonsumsi tembakau dan merokok terhadap kesehatan merupakan sebuah kebenaran dan kenyataan yang harus diungkapkan secara sungguh-sungguh kepada seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat benar-benar memahami, menyadari, mau dan mampu menghentikan kebiasaan merokok dan menghindarkan diri dari bahaya akibat asap rokok. Selama ini, masyarakat telah terbuai dengan propaganda dan iklan rokok yang menarik perhatian. Padahal itu tidak lebih dari sebuah kebohongan yang terus diulang-ulang, sehingga menjadi diyakini dan terinternalisasi dalam diri.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan prevalensi perokok dari 27% pada tahun 1995, meningkat menjadi 36,3% pada tahun 2013. Artinya, jika 20 tahun yang lalu dari setiap 3 orang Indonesia 1 orang di antaranya adalah perokok, maka dewasa ini dari setiap 3 orang Indonesia 2 orang di antaranya adalah perokok.
Keadaan ini semakin mengkhawatirkan, karena prevalensi perokok perempuan turut meningkat dari 4,2% pada tahun 1995 menjadi 6,7% pada tahun 2013. Dengan demikian, pada 20 tahun yang lalu dari setiap 100 orang perempuan Indonesia 4 orang di antaranya adalah perokok, maka dewasa ini dari setiap 100 orang perempuan Indonesia 7 orang di antaranya adalah perokok.
Lebih memprihatinkan lagi adalah kebiasaan buruk merokok juga meningkat pada generasi muda. Data Kemenkes menunjukkan bahwa prevalensi remaja usia 16-19 tahun yang merokok meningkat 3 kali lipat dari 7,1% di tahun 1995 menjadi 20,5% pada tahun 2014. Dan yang lebih mengejutkan, lebih mengejutkan adalah usia mulai merokok semakin muda (dini). Perokok pemula usia 10-14 tahun meningkat lebih dari 100% dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, yaitu dari 8,9% di tahun 1995 menjadi 18% di tahun 2013. (L/anj/ism/P02)
Baca Juga: Menag: Guru Adalah Obor Penyinar Kegelapan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)