Jakarta, 4 Jumadil Awwal 1436/23 Februari 2015 (MINA) –Pemuda Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Senin (23/2), melakukan aksi damai di Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta memperingati adanya peristiwa genosida di kota Khojaly, Azerbaijan, yang dilakukan oleh tentara Armenia pada Februari 1992 silam.
Presiden Pemuda OKI Indonesia Taufik Lubis menyatakan, Pemerintah Indonesia harus mengakui telah terjadi genosida di Khojaly sebagai bentuk kepedulian terhadap tragedi kemanusiaan di Azerbaijan.
Aksi damai bertema “Keadilan untuk Khojaly – Tragedi Kemanusiaan yang Terlupakan” merupakan bentuk nyata dukungan masyarakat Indonesia terhadap Muslim di negara bekas jajahan Uni Soviet itu.
Tentang tragedi Khojaly itu, PBB mengeluarkan Resolusi melalui Dewan Keamanan Nomor 822, 853, 874 dan 884. Sementara OKI mengeluarkan resolusi No. 15-PE/7-CONF yang dikeluarkan pada 2012 ketika mengadakan konferensi di Palembang.
Baca Juga: Pembukaan Silaknas ICMI, Prof Arif Satria: Kita Berfokus pada Ketahanan Pangan
Taufik mengatakan belum ada usaha nyata untuk membawa para pelaku ke pengadilan internasional,” ujarnya. Menurut Kedutaan Besar Azerbaijan di Indonesia, negara Amerika Serikat, Meksiko, Pakistan, Kolombia dan Republik Ceko telah mengakui adanya tragedi itu.
Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia Tamerlan Karayev bercerita tentang Genosida atau pembantaian umat muslim di negaranya oleh tentara Armenia pada Februari 1992 silam. Saat itu, kata dia, 83 anak dibunuh tak berdosa oleh tentara Armenia.
Bermula saat tahun 1990 akibat perjuangan berdarah rakyat Azerbaijan dalam meraih kemerdekaan dari tentara Uni Soviet. Sejak kemerdekaan tak ada tentara, tak ada pemerintahan, tak ada kestabilan dan tak ada aturan untuk membuat ruang demokrasi baru.
“Saat itu para pemimpin politik Armenia, berpikir tak mungkin hidup bersama umat muslim. Mereka mulai mempengaruhi rakyatnya untuk membenci umat muslim, untuk mengusir rakyat Azerbaijan, bergabung Soviet-Armenia,” ungkapnya di Perpustakaan Universitas Indonesia (UI).
Baca Juga: Menteri Yusril Sebut ada Tiga Negara Minta Transfer Napi
Pemerintah Armenia menyangkal aksi kejahatan terhadap penduduk di Khojaly. Pihak Azerbaijan menganggap Armenia sengaja memalsukan fakta dan memberikan gambaran yang menyimpang dari kenyataan sebenarnya.
Khojaly adalah kota di wilayah Nagorno-Karabakh, Azerbaijan, yang menjadi tempat terjadinya pelanggaran kemanusiaan, yang disinyalir genosida oleh pasukan Armenia yang memasuki daerah tersebut pada 25-26 Februari 1992.
Menurut catatan Pemerintah Azerbaijan, 613 orang tewas dalam kejadian tersebut, sementara 1.275 orang lainnya dipenjara dan 150 orang dinyatakan hilang. (T/P004/R03/P4)
Miraj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: ICMI Punya Ruang Bentuk Kader-kader Indonesia Emas 2045