Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemuka Agama Jadi Garda Depan Selamatkan Hutan Tropis

Rana Setiawan Editor : Widi Kusnadi - 27 detik yang lalu

27 detik yang lalu

0 Views

Pembekalan bertajuk “Memadukan Sains dan Spiritualitas: Peran Pemuka Agama dalam Perlindungan Hutan dan Masyarakat Adat” digelar di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Sabtu (12/7/2025).9Foto: Rana/MINA)

Jakarta, MINA – Ketika krisis iklim dan kerusakan hutan tropis semakin mengancam masa depan bumi, para pemuka agama di Indonesia kini mengambil peran strategis sebagai garda terdepan. Mereka bukan hanya menyuarakan nilai-nilai spiritual, tetapi juga bersinergi dengan sains untuk melindungi lingkungan dan hak-hak masyarakat adat yang kian terpinggirkan.

Inisiatif tersebut digagas melalui pembekalan bertajuk “Memadukan Sains dan Spiritualitas: Peran Pemuka Agama dalam Perlindungan Hutan dan Masyarakat Adat yang digelar Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia bersama Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLH SDA) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sabtu (12/7) di Gedung MUI Pusat, Jakarta. Kegiatan ini juga diikuti peserta dari berbagai daerah secara daring.

Fasilitator Nasional IRI Indonesia, Dr. Hayu Prabowo, menegaskan bahwa perubahan perilaku untuk menyelamatkan lingkungan membutuhkan suara moral yang kuat. “Sains memberi kita data dan teknologi, tapi untuk menggerakkan masyarakat, kita butuh kekuatan nilai-nilai agama,” ujarnya.

Hayu menyoroti bahwa lebih dari 95% bencana di Indonesia berkaitan langsung dengan krisis iklim yang diperparah oleh deforestasi. Gerakan lintas agama ini diharapkan mampu melahirkan kebijakan berbasis sains dan etika spiritual demi keberlanjutan hidup.

Baca Juga: Ustaz Abdul Somad di Pekanbaru: Hijrah Itu Sekarang

Ketua MUI Bidang Kesehatan dan Lingkungan, Dr. KH. Sodikun, menambahkan, pelestarian alam adalah perintah agama. “Merusak hutan berarti merusak kehidupan generasi mendatang. Menjaga lingkungan adalah ibadah,” tegasnya.

Pembekalan ilmiah ini juga diisi pemaparan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Teknologi penginderaan jauh, aplikasi peringatan dini, hingga pemantauan emisi karbon dipaparkan sebagai dukungan konkret untuk advokasi kehutanan berbasis komunitas.

Deputi Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Erasmus Cahyadi, menyoroti perlindungan hukum bagi masyarakat adat yang masih lemah. Ia mendorong percepatan pengesahan RUU Masyarakat Adat sebagai landasan keadilan dan pengakuan hak asasi.

Acara ini juga menjadi momentum peluncuran Panduan Ajaran Agama tentang Hutan Tropis dan Pedoman Peran Rumah Ibadah dalam Perlindungan Hutan. Dua dokumen penting ini akan menjadi pegangan pemuka agama untuk menyampaikan pesan lingkungan dalam khotbah, pendidikan, dan aksi sosial.

Baca Juga: Cuaca Jakarta Sabtu Ini Dominan Cerah Berawan

“Ini bukan hanya tentang menyelamatkan pohon, tetapi tentang mewariskan bumi yang layak huni kepada anak cucu kita,” pungkas Hayu.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Transjakarta Gunakan AI untuk Tingkatkan Jumlah Pelanggan

Rekomendasi untuk Anda