Gaza, MINA – Sebuah penelitian di Israel menunjukkan, mayoritas penduduk permukiman Yahudi di pinggiran Jalur Gaza tidak merasa aman setelah tentara Israel melaksanakan operasi “Sabuk Hitam” di Jalur Gaza pada November 2019 lalu.
Operasi tersebut telah menewaskan seorang pemimpin terkemuka Brigade Al-Quds, sayap militer Gerakan Jihad Islam Palestina, Abu Baha Al-Atta.
Penelitian yang diterbitkan oleh surat kabar Israel Haaretz edisi Rabu (1/1) tersebut, menunjukkan, 63 persen dari penduduk permukiman Israel di pinggiran Jalur Gaza tidak merasakan perubahan keamanan apapun setelah operasi militer Israel itu.
Sementara 27 persen penduduk permukiman yang pada jarak 40 km dari perbatasan dengan Jalur Gaza, mengatakan, perasaan takutnya meningkat setelah terjadi eskalasi terakhir di Jalur Gaza.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Operasi militer “Sabuk Hitam”, yang dilakukan oleh tentara Israel pada November lalu, dibalas oleh perlawanan Palestina dengan meluncurkan 450 roket dari Jalur Gaza, yang sebagian besar menuju permukiman-permukiman Yahudi yang berbatasan dengan Jalur Gaza. (T/RE1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon