Jakarta, MINA – Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Prof Jimly Asshiddiqie meminta agar para tokoh bangsa dan akademisi menyerukan pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) yang damai, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai ketentuan Undang-undang dan Undang-Undang Dasar 1945 tanpa harus saling menyalahkan pihak lainnya.
“Saya menganjurkan agar, suara kampus-kampus perguruan tinggi, dan tokoh-tokoh yang menamakan diri sebagai tokoh-tokoh bangsa dengan kemuliaan niat dan maksudnya masing-masing, agar: Pertama, cukuplah menyuarakan sebatas himbauan untuk pemilu damai, dan pemilu berlangsung bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai ketentuan UU dan UUD 1945, tidak perlu ada nada menyalahkan, berusaha memberikan penilaian negatif yang bersifat konklusif, apalagi dengan keyakinan yang kuat bahwa negara demokrasi kita akan runtuh, dan hasil pemilu dan pilpres akan ditolak oleh rakyat yang akan bergerak, sehingga akan terjadi krisis dan situasi chaos yang memecah-belah bangsa,” kata Jimly kepda MINA di Jakarta, Rabu (8/2).
Nasihat kedua, menurut Jimly, semua orang sebagai warga negara yang secara sendiri-sendiri dan bersama-sama memiliki kedaulatan tertinggi untuk menentukan pilihan, Ia mengajak untuk memantapkan pilihan masing-masing menuju pemungutan pada tanggal 14 Februari 2024.
“Kita jangan pilih paslon presiden/wakil presiden, caleg DPD, caleg DPR dan DPRD dari partai politik yang kita tidak sukai, yang bahkan telah membuat kita sangat marah dengan penuh kebencian, tetapi hormatilah warga masyarakat lain yang juga memiliki hak dan kedaulatan seperti kita untuk memilih orang atau partai yang kita tidak sukai itu,” ujar Jimly yang juga Ketua ICMI Periode sebelumnya itu.
Baca Juga: Kota Semarang Raih Juara I Anugerah Bangga Berwisata Tingkat Nasional
Selanjutnya yang ketiga, Mantan Ketua MK itu juga menasihati agar sesama warga negara agar saling hormati menghormati pilihan masing-masing menuju pilpres yang sangat seru dan menggairahkan ini sambil menyebarkan sikap optimis bahwa sesudah hasil pemilu 2024 ditetapkan, situasi akan kembali seperti biasanya.
“Sadarilah bahwa keadaan hinggar-binggar kotestasi politik yang tidak lain hanyalah merupakan dinamika permainan catur kekuasaan duniawi belaka ini, pada waktunya akan reda, ketegangan akan pulih, dan kehidupan bersama kita sebagai bangsa dan negara akan berjalan damai dan sukses menuju masa depan Indonesia yang semakin cemerlang,” kata Jimly.
Karena itu, Jimly meminta agar semua kaum intelektual di kampus-kampus dan tokoh-tokoh senior yang berusaha memperlihatkan sikap objektif, netral, dan tidak berpihak, harus melihat dan juga mengakui adanya kenyataan dan berkembangnya dinamika menuju hari pemungutan suara.
“Karena itu, setiap ekspresi sikap negatif yang ditujukan kepada pemerintah, kepada Presiden Joko Widodo sebagai pribadi, dan kepada salah satu kubu paslon melalui pelbagai bentuk narasi, mudah dipersepsi sebagai upaya mendukung salah satu kubu, termasuk mendukung kubu 04, asal bukan 02 tersebut. Masalah ini sulit untuk tidak dianggap serius, karena digunakannya sarana pendidikan di kampus-kampus untuk melakukan kampanye negatif terhadap salah satu paslon, yang tegas dilarang menurut undang-undang,” tegas Jimly.
Baca Juga: Banjir Rob Jakarta Utara Sebabkan 19 Perjalanan KRL Jakarta Kota-Priok Dibatalkan
Menurutnya, yang dimaksud adalah larangan melakukan kampanye di rumah ibadah, lingkungan fasilitas pemerintah, dan di lembaga-lembaga pendidikan, bukan saja untuk kampanye positif, tetapi juga kampanye negatif, dan apalagi kampanye hitam.
“Karena itu, para guru besar yang tampil aktif bergerak untuk berunjuk rasa di kampus-kampus harus siap menerima kenyataan bahwa tindakan mereka dianggap tidak netral dan berpihak kepada salah satu paslon, bukan sungguh-sungguh mencerminkan suara batin kebangsaan atau suara hati nurani rakyat (volksgeist). Apalagi, ternyata pula ada beberapa guru besar yang sejak sebelumnya terbukti memiliki afiliasi personal atau terbukti memiliki preferensi politik kepada salah 1 parpol atau paslon,” ujar Jimly.
Munculnya lima kelompok masyarakat dalam Pilpres
Seruan Pemilu Damai itu, menurut Jimly ia suarakan karena dirinya telah membaca dinamika suara hati masyarakat yang berkembang akhir-akhir ini dengan menggunakan kacamata langit.
Baca Juga: Banjir Rob Rendam Sejumlah Wilayah di Pesisir Jakarta Utara
“Suara-suara hati yang berkembang luas di kampus-kampus perguruan tinggi, di antara tokoh-tokoh bangsa yang sudah sangat senior, dan dimana saja di seluruh tanah air, harus diakui adanya, harus dihormati segala niat baiknya, dan harus pula sungguh-sungguh diresapi dan diserap maknanya untuk kebaikan bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.
Namun, oleh karena hal ini terjadi (suara-suara hati), hanya beberapa hari lagi menjelang pemungutan suara pemilihan presiden, tidak dapat dicegah munculnya penilaian dari sudut pandang yang berbeda-beda dalam dinamika emosi masyarakat luas, sehingga berkembang 5 golongan warga yang semakin mendekati hari pemilu, semakin emosional sikapnya.
“Bagi pihak yang membenci satu paslon semakin meningkat kebenciannya, yang memuja paslon yang lainnya semakin meningkat pula pujaan dan pujiannya kepada paslon kesayangannya. Semua merasa benar sendiri, dan orang yang berbeda sudah pasti salah. Kelima kelompok itu adalah kubu 01, 02, 03, 04, dan 00. Selain kubu 01, 02, dan 03, ada pula kubu 00 atau golongan putih (golput),” terang Jimly.
Di samping itu, suasana itu salah satunya dipicu pula oleh pengumuman pelbagai hasil lembaga-lembaga survei yang belum tentu 100 persen menggambarkan hasil pemilu yang resmi dan yang sebenarnya, telah muncul pula kubu baru, yaitu kubu 04, asal bukan 02, pungkas Jimly.
Baca Juga: Presiden Prabowo Beri Amnesti ke 44 Ribu Narapidana
ICMI akan selalu hadir untuk memberikan solusi dan kontribusi terbaik bagi bangsa Indonesia. ICMI yang berlandaskan ke-Islaman dan ke-Indonesiaan berbasis kecendekiaan akan selalu berperan aktif mendorong kebaikan untuk bangsa dan negara.(R/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Diguyur Hujan