Pencak silat, seni bela diri khas Indonesia, telah berkembang dan mendapatkan pengakuan di kancah internasional melalui berbagai upaya.
Upaya untuk membawa pencak silat yang juga sebagai warisan budaya Indonesia ke panggung dunia dan memasukkannya ke dalam ajang Olimpiade sebagai cabang olahraga resmi tersebut terus dilakukan dengan berbagai strategi dan diplomasi.
Pasalnya, masyarakat penggiat pencak silat menargetkan olahraga tersebut bisa mendapat pengakuan oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) sebelum tahun 2028, agar membuka kesempatan dipertandingkan di level Olimpiade.
Lebih dari sekadar olahraga, pencak silat mengandung nilai-nilai budaya, spiritual, dan filosofi kehidupan, menjadikannya warisan yang sarat dengan makna.
Baca Juga: Indonesia Tersingkir Dari Piala AFF 2024 Usai Kalah 1-0 Atas Filipina
Pencak silat memiliki beragam aliran yang tersebar di seluruh Indonesia, masing-masing dengan teknik, jurus, dan gaya khasnya. Umumnya, pencak silat mengandalkan kelincahan, kecepatan, dan teknik yang melibatkan pukulan, tendangan, kuncian, hingga penggunaan senjata tradisional seperti golok, keris, atau tongkat.
Langkah signifikan pertama dalam upaya internasionalisasi pencak silat terjadi pada Desember 2019, ketika UNESCO menetapkan pencak silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Pengakuan ini tidak hanya mengukuhkan nilai budaya pencak silat tetapi juga membuka jalan bagi promosi lebih lanjut di kancah internasional.
Selain itu, di tingkat global, pencak silat telah memiliki organisasi induk, Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat), yang berdiri sejak 11 Maret 1980 dan berpusat di Jakarta. Organisasi ini menaungi 86 negara dari tiga federasi regional (Asia, Eropa, dan Amerika), dengan lebih dari 4 juta praktisi aktif di seluruh dunia. Pencak silat juga telah menjadi bagian dari ajang multicabang seperti SEA Games sejak 1987 dan Asian Games 2018, dengan prestasi 9 negara peraih medali dari total 16 negara peserta.
Upaya diplomatis juga dilakukan oleh Presiden Persilat, Prabowo Subianto, yang bertemu dengan Presiden IOC, Thomas Bach, di Paris pada Juli 2024, sebelum Prabowo menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, pada Agustusnya. Pertemuan ini membahas potensi pencak silat untuk diakui oleh IOC dan dipertandingkan di Olimpiade. Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari, yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, menyatakan bahwa ini adalah langkah nyata dari keseriusan Indonesia untuk membuat pencak silat menjadi bagian dari gerakan Olimpiade.
Baca Juga: Piala AFF 2024: Indonesia Kalah 1-0 Atas Vietnam
Selanjutnya keberhasilan Tim Indonesia berhasil menorehkan prestasi gemilang dengan dinobatkan sebagai Juara Umum pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke-20 dan Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke-5 belum lama ini, menegaskan dominasi Indonesia dalam dunia Pencak Silat, baik di level senior maupun junior, sekaligus menunjukkan dedikasi tinggi para atlet dalam melestarikan dan mengharumkan seni bela diri tradisional Indonesia di panggung internasional.
Kejuaraan World Pencak Silat Championship ke-20 dan Junior World Pencak Silat Championship ke-5 itu diikuti oleh 1.100 peserta dari 57 negara yang bertanding di enam arena di ADNEC Abu Dhabi, pada 18-22 Desember 2024.
Dalam kejuaraan pencak silat terbesar dalam sejarah ini, tiga kategori utama dipertandingkan, yaitu Tanding, Seni, dan Eksebisi, menunjukkan antusiasme global terhadap seni bela diri ini.
Peserta dibagi ke dalam beberapa kategori, termasuk Pre-Junior, Junior, Senior, dan Master (eksebisi), yang dikelompokkan lebih lanjut berdasarkan kelas berat badan.
Baca Juga: Menang Lawan Brasil, Indonesia Juara FIFAe World Cup 2024 eFootball
Pada kategori Seni, pertandingan terdiri dari Perorangan, Ganda, dan Beregu (3 orang), yang juga dibagi dalam kategori putra dan putri. Struktur ini menunjukkan luasnya cakupan dan fleksibilitas Pencak Silat, serta mengakomodasi berbagai tingkat keahlian dan spesialisasi.
Dalam World Pencak Silat Championship ke-20 ini, Tim Indonesia dinobatkan sebagai Juara Umum dalam kedua kategori kompetisi, dengan perolehan medali dengan 11 emas, 7 perak, dan 5 perunggu, diikuti oleh Vietnam dengan 10 emas, 3 perak, dan 3 perunggu, serta Malaysia di peringkat ketiga dengan 6 emas, 9 perak, dan 4 perunggu.
Sedangkan pada Junior World Pencak Silat Championship ke-5, Indonesia juga meraih medali tertinggi dengan 11 emas, 3 perak, dan 2 perunggu.
Kejuaraan Dunia Pencak Silat tersebut menjadi momentum penting dalam upaya membawa pencak silat ke Olimpiade.
Baca Juga: Timnas Indonesia Bermain Imbang 3-3 atas Laos di Piala AFF 2024
Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Dito Ariotedjo, menegaskan bahwa penyelenggaraan kejuaraan dunia ini merupakan bagian dari misi penting untuk mendapatkan pengakuan dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan memasukkan pencak silat ke dalam Olimpiade.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tantangan masih ada. Proses mendapatkan pengakuan dari IOC memerlukan waktu dan konsistensi dalam memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan. Namun, dengan semangat dan dedikasi yang ditunjukkan oleh pemerintah, atlet, dan komunitas pencak silat, harapan untuk melihat pencak silat dipertandingkan di Olimpiade semakin nyata.
Kini, KOI dan Persilat bekerja keras untuk memenuhi persyaratan agar pencak silat dapat diakui oleh IOC. Selain mematuhi aturan WADA (World Anti-Doping Agency), pencak silat perlu memperkuat eksistensinya dengan kejuaraan internasional rutin dan dukungan dari lebih banyak negara di lima benua.
Untuk memperjuangkan pencak silat sebagai cabang Olimpiade 2036, proses ini membutuhkan waktu, seperti yang terjadi pada Taekwondo dari Korea Selatan. Setelah menjadi cabang eksibisi di Olimpiade 1988 dan 1992, Taekwondo resmi masuk sebagai cabang medali pada Olimpiade Sydney 2000.
Baca Juga: Arab Saudi Tuan Rumah Piala Dunia 2034
Pencak silat pun bisa mengikuti jejak ini, dimulai sebagai cabang demonstrasi di Olimpiade, sebelum akhirnya menjadi cabang resmi.
Dengan dukungan pemerintah, komunitas olahraga internasional, dan masyarakat Indonesia, harapan untuk melihat pencak silat di Olimpiade semakin besar. Jika berhasil, ini tidak hanya mengukuhkan pencak silat sebagai olahraga global tetapi juga membuka peluang tambahan medali emas bagi Indonesia di panggung olahraga terbesar dunia.
Pencak silat bukan hanya milik Indonesia, tetapi telah menjadi milik dunia. Dengan keunikan dan filosofi yang mendalam, pencak silat memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada keragaman budaya dan olahraga di tingkat global. Mari kita dukung bersama upaya ini, sehingga suatu hari nanti kita dapat menyaksikan pencak silat berdiri sejajar dengan cabang olahraga lain di panggung Olimpiade, membawa kebanggaan bagi Indonesia dan menginspirasi generasi mendatang.[]
Baca Juga: Piala AFF 2024: Timnas Indonesia Menang Tipis 1-0 atas Myanmar
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hendra Setiawan Umumkan Pensiun Usai Indonesia Masters 2025