Oleh Muhammad Arroyan, Mudir Shuffah Ponpes Tahfidz Al-Qur’an Al-Fatah, Pekalongan
GENERASI Z merupakan istilah bagi mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, dikenal juga sebagai generasi digital native. Mereka tumbuh dalam lingkungan yang sarat teknologi, terbiasa dengan gawai, internet, dan media sosial sejak usia dini. Generasi ini adaptif, kreatif, dan multitasking. Namun, mereka menghadapi tantangan serius seperti penurunan fokus, kecanduan media sosial, dan paparan budaya negatif yang menggerus karakter.
Fenomena ini tampak dari meningkatnya kasus perundungan digital (cyberbullying), penyebaran ujaran kebencian, serta penyalahgunaan konten di media sosial. Pendidikan formal sering kali belum cukup menjadi benteng moral yang efektif. Diperlukan model pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menanamkan nilai, membentuk karakter, dan membimbing penggunaan teknologi secara bijak.
Baca Juga: Digitalisasi Sekolah: Peluang dan Tantangan di Era 5.0
Islam sebenarnya telah menawarkan sebuah model pendidikan komprehensif sejak 14 abad lalu melalui konsep Ash-Shuffah. Ash-Shuffah adalah istilah untuk serambi Masjid Nabawi yang dijadikan tempat tinggal dan pusat pembelajaran bagi para sahabat yang tidak memiliki keluarga di Madinah. Mereka dikenal sebagai Ahl Ash-Shuffah, sekelompok sahabat yang hidup sederhana, fokus belajar, dan disiapkan Rasulullah ﷺ sebagai kader dakwah dan penggerak peradaban.
Ash-Shuffah bukan hanya ruang belajar, melainkan sebuah ekosistem pendidikan karakter yang menyeluruh. Rasulullah ﷺ secara langsung mendidik para sahabat dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an, mengajarkan hadits, membina akhlak, dan melatih keterampilan hidup. Dari sinilah lahir generasi sahabat yang kelak menjadi tulang punggung peradaban Islam.
Allah ﷻ berfirman:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
Baca Juga: Guru Sebagai Inspirator: Mendidik dengan Cinta dan Keteladanan
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul dari kalangan mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan Kitab serta Hikmah.” (QS. Al-Jumu’ah: 2)
Ayat ini menegaskan bahwa pendidikan Islam mencakup tazkiyah (penyucian jiwa) dan ta’lim (pengajaran ilmu). Ash-Shuffah menjadi wadah di mana kedua aspek ini diterapkan secara nyata, sehingga terbentuk pribadi yang berilmu sekaligus berakhlak mulia.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Baca Juga: Pendidikan Holistik: Memadukan Ilmu dan Iman
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Hadits ini menunjukkan bahwa pendidikan akhlak adalah inti dari misi kenabian. Rasulullah ﷺ bukan hanya memberi nasihat, tetapi menjadi teladan hidup. Beliau hadir bersama para sahabat, membimbing mereka secara langsung, dan menjadikan dirinya sebagai model yang bisa ditiru.
Allah ﷻ menegaskan:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Baca Juga: Belajar dari Alam dan Indera, Strategi Pendidikan Inovatif ala Guru Turkiye
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” (QS. Al-Ahzab: 21)
Generasi Z yang sangat responsif pada figur keteladanan membutuhkan peran guru, orang tua, dan pendidik sebagai role model, baik di dunia nyata maupun dunia digital.
Mengapa Generasi Z Membutuhkan Konsep Ash-Shuffah
Generasi Z hidup dalam kecepatan informasi yang luar biasa, tetapi sering kehilangan pegangan nilai dasar. Mereka kerap terjebak budaya konsumtif, gaya hidup hedonis, dan panutan digital yang jauh dari nilai moral. Untuk itu, spirit Ash-Shuffah relevan untuk dijadikan model pendidikan Generasi Z karena mampu hadir sebagai jawaban untuk:
Baca Juga: Kemenag Buka Pendaftaran Bantuan Penyelesaian Pendidikan S3, Ini Syaratnya!
- Memberikan Teladan Nyata, – Rasulullah ﷺ tidak hanya mengajar, tetapi menjadi contoh hidup. Hal ini penting agar Generasi Z mendapatkan figur yang menyeimbangkan pengaruh dunia maya.
- Mendorong Pembelajaran Interaktif, – Metode halaqah, diskusi (mujadalah), dan kisah inspiratif sesuai dengan gaya belajar Generasi Z yang kolaboratif dan partisipatif.
- Membangun Spirit Ukhuwwah Islamiyyah – Ash-Shuffah menumbuhkan ukhuwah dan empati, mengikis sifat individualistis yang sering dipicu media sosial.
- Mengintegrasikan Ilmu dan Akhlak, – Generasi Z perlu diajarkan bahwa kecerdasan teknologi harus disertai kecerdasan spiritual dan moral.
Karakter yang Dihasilkan Model Ash-Shuffah
Melalui pendidikan integratif, Ahl Ash-Shuffah menjadi generasi yang rajin ibadah, disiplin, santun berbicara, suka menolong, dan mampu mengendalikan diri. Rasulullah ﷺ bersabda:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Seorang mukmin bagi mukmin lainnya bagaikan bangunan yang saling menguatkan.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)
Baca Juga: Meraih Cahaya Ilmu: Mendidik Generasi dengan Hati dan Keteladanan
Karakter inilah yang dibutuhkan Generasi Z untuk menghadapi derasnya pengaruh digital dan menciptakan ekosistem dunia maya yang lebih sehat. Hal ini menegaskan bahwa umat Islam dituntut untuk saling mendukung, melindungi, dan membantu satu sama lain dalam kebaikan. Nilai solidaritas ini penting diterapkan saat ini, terutama dalam membangun karakter sosial yang kuat di tengah tantangan era digital.
Transformasi Ash-Shuffah di Era Digital
Menghidupkan spirit Ash-Shuffah hari ini bukanlah membangun serambi fisik, melainkan menghadirkan ekosistem pendidikan digital yang menghidupkan nilai-nilainya.. Nilai kebersamaan, pendampingan langsung, dan keteladanan bisa dihadirkan melalui:
- Platform pembelajaran digital, yang terkurasi dengan baik, menghadirkan halaqah virtual, kajian interaktif, dan mentoring online.
- Komunitas digital positif, di media sosial yang menjadi ruang aman untuk diskusi, berbagi inspirasi, dan saling mengingatkan.
- Peran pendidik sebagai mentor digital, yang memahami tren anak muda, menguasai literasi digital, dan menghadirkan alternatif konten yang Islami sekaligus menarik.
- Kurikulum integrative, yang memadukan ilmu agama dengan keterampilan abad 21, seperti literasi data, kemampuan berpikir kritis, etika bermedia, dan kreativitas digital.
Dengan memanfaatkan transformasi ini, kita dapat membentuk generasi digital yang Qur’ani. Generasi yang menjadikan Al-Qur’an panduan hidup, beretika dalam bermedia, dan mampu menggunakan teknologi untuk kebaikan.
Baca Juga: Muhammadiyah Dorong Pemuda Jadi Aktor Global Lewat Youth Diplomacy Forum
Inilah saatnya menghidupkan kembali ruh Ash-Shuffah dalam pendidikan kita. Dengan demikian, Generasi Z tidak hanya unggul secara teknologi, tetapi juga menjadi penjaga nilai sehingga kehadirannya membawa rahmat bagi semesta. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Membangun Generasi Qur’ani di Era Digital