Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendidikan di Desa Masih Tertinggal dari Sisi Digital

Rendi Setiawan - Kamis, 10 November 2016 - 12:56 WIB

Kamis, 10 November 2016 - 12:56 WIB

444 Views

Jakarta, 10 Safar 1438/10 November 2016 (MINA) – Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah terintegrasi ke dalam hampir semua aspek kehidupan modern. TIK mengubah bagaimana orang bekerja, bersosialisasi dan berkomunikasi, termasuk mempengaruhi praktik pembelajaran di kelas.

Namun demikian, menurut Nizam, Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengutarakan bahwa pendidikan di pedesaan masih jauh dari kata cukup untuk dinilai sebagai pendidikan yang sarat dengan teknologi informasi.

TIK dapat mengurangi kesenjangan dengan meningkatkan akses terhadap pendidikan dan sumber belajar. Namun, masalah infrastruktur mengakibatkan siswa di daerah pedesaan masih tertinggal dalam celah digital ini,” katanya saat acara Kopi Darat, Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat #28 dengan tema “Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Belajar dan Mengajar” di Gedung Kemendikbud, Rabu (9/10).

Nizam mengatakan bahwa infrastruktur telekomunikasi merupakan salah satu tantangan utama di lokasi terpencil yang umumnya tidak tersedia atau hanya sedikit akses terhadap telepon dan layanan Internet.

Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan 

“Studi ACDP pada tahun 2015 menunjukkan bahwa hanya terdapat sekitar 30% elektrifikasi di Papua, di mana energi yang tersedia di daerah perkotaan dan pinggiran kota tidak stabil. Sebanyak 78% dari sekolah dasar dan 8% dari sekolah menengah dalam studi tersebut bergantung pada generator diesel untuk digunakan pada malam hari,” ujar dia.

Nizam berharap, kabel serat optik Palapa Ring Timur dapat meningkatkan telekomunikasi untuk daerah-daerah tertentu di Papua.

“Termasuk menilik lebih jauh solusi inovatif seperti “Telko dalam kotak” yang menggabungkan dan menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk menyuplai layanan saluran telepon kabel, telepon selular, serta dial-up dan akses internet DSL,” kata dia.

Tantangan lain di Papua dan daerah terpencil lainnya, kata Nizam, adalah terbatasnya perangkat keras dan perangkat lunak TIK yang tersedia. Di Papua, sebagian besar sekolah memiliki kurang dari 5 komputer dan 50%-nya hanya memiliki 1-2 komputer.

Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun

“Meski mata pelajaran TIK adalah wajib, siswa tidak menggunakan komputer di sekolah. Hanya 20% dari siswa menggunakan komputer setidaknya sekali seminggu, dan 73% tidak memiliki akses Internet di sekolah. TV-Edukasi, yang menyediakan pembelajaran via televisi, tampak digunakan lebih banyak siswa yaitu sekitar 30-40% dari responden, dan sebagian besar ketika guru tidak hadir,” papar dia.

Namun, Nizam mengungkapkan, muncul pertanyaan dan keraguan tentang masa depan materi berbasis TV pada era Internet dan materi daring seperti saat ini. (L/P011/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
MINA Preneur
MINA Millenia