Muhammad Arroyan, M.Pd., Mudir Shuffah Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Al-Fatah Pekalongan, Jateng
Perkembangan teknologi digital pada era modern menghadirkan peluang besar sekaligus tantangan serius bagi pendidikan Islam. Di satu sisi, teknologi membuka akses luas terhadap ilmu pengetahuan, termasuk kajian Al-Qur’an dan hadis.
Namun di sisi lain, arus informasi yang tidak terbendung membawa ancaman berupa budaya hedonisme, sikap instan, hingga konten negatif yang dapat merusak akidah dan akhlak generasi muda. Oleh karena itu, pendidikan Islam tidak boleh terjebak pada metode konvensional semata, melainkan harus menjadi panduan hidup yang relevan dan membimbing umat dalam menghadapi era digital.
Dalam hal ini, keluarga sebagai institusi pendidikan pertama memiliki peran sangat penting. Orang tua wajib mengarahkan anak-anak agar tidak terjerumus dalam dampak buruk teknologi.
Baca Juga: Pemuda Sebagai Tolak Ukur kehidupan Berjamaah dan Pembebasan Al-Aqsa
Allah menegaskan tanggung jawab ini dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim [66]: 6).
Ayat ini menegaskan bahwa pendidikan sejati adalah menjaga keselamatan iman dan akhlak keluarga. Di era digital, amanat ini berarti membimbing anak-anak agar mampu menggunakan teknologi secara benar, tidak terjerumus pada konten haram, serta tetap menjaga ibadah dan kedekatan kepada Allah.
Baca Juga: Diamond Generation di Era Digitalisasi
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menyatakan dalam sabdanya:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menunjukkan betapa besar amanah yang dipikul orang tua dalam mengawasi dan membimbing anak, termasuk dalam penggunaan teknologi. Membiarkan anak berselancar di dunia maya tanpa arahan berarti mengabaikan tanggung jawab besar di hadapan Allah.
Baca Juga: Angka Buta Aksara di Indonesia Turun Jadi 0,92 Persen
Bahaya yang mengintai generasi muda bukan hanya konten negatif, tetapi juga individualisme, adiksi gawai, dan melemahnya interaksi sosial. Anak-anak bisa malas beribadah, kehilangan keterampilan komunikasi, bahkan menjauh dari keluarganya. Oleh karena itu, pendidikan Islam di era digital harus mengedepankan pembinaan akhlak sekaligus literasi digital yang Islami.
Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menegaskan bahwa hati anak bagaikan tanah kosong yang siap ditanami. Jika ditanami kebaikan, ia akan tumbuh dalam kebaikan, namun jika dibiarkan kosong, ia akan dipenuhi keburukan.
Nasihat ini sangat relevan dengan kondisi sekarang, ketika dunia digital bisa menjadi ladang amal saleh bila digunakan dengan benar, atau menjadi sumber kerusakan bila tidak dikendalikan.
Sementara Abdullah Nashih Ulwan dalam Tarbiyatul Aulad fil Islam menekankan bahwa pendidikan anak tidak cukup hanya membentuk kecerdasan intelektual, melainkan harus menguatkan iman dan akhlak.
Baca Juga: 5 Cara Membangun Pendidikan Berkarakter Kuat
Orang tua wajib melatih anak untuk mengendalikan hawa nafsu, membiasakan ibadah, dan menjauhi pengaruh lingkungan yang buruk. Lingkungan digital jelas termasuk salah satu tantangan besar yang harus diwaspadai dan diawasi.
Di sinilah pentingnya menjadikan teknologi sebagai sarana dakwah dan pembelajaran. Anak-anak perlu diarahkan untuk memanfaatkan aplikasi Al-Qur’an, kajian Islami online, serta konten edukatif yang bermanfaat. Sebaliknya, mereka harus diingatkan agar menjauhi hiburan yang membawa pada kelalaian, pornografi, atau konten penuh maksiat.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Baca Juga: Pesantren Al-Fatah Pekalongan Gelar Tahfidz Camp ke-3
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (H.R. Ahmad).
Hadis ini menegaskan bahwa tujuan utama pendidikan Islam adalah membentuk akhlak mulia. Dengan demikian, teknologi digital hanyalah sarana, sedangkan akhlak tetap menjadi tujuan inti yang tidak boleh tergeser.
Selain keluarga, sekolah dan lembaga pendidikan Islam juga harus menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan zaman. Teknologi bisa dijadikan media untuk memperkuat pembelajaran agama, memperluas dakwah, dan menanamkan nilai Qur’ani dengan metode yang lebih kreatif. Guru harus mampu menjadi teladan dalam memadukan ilmu agama dengan penguasaan teknologi yang bermanfaat.
Masyarakat pun memiliki peran penting dalam menjaga generasi Muslim. Budaya saling menasihati, sebagaimana ditekankan dalam Al-Qur’an, harus terus dihidupkan.
Baca Juga: Pesantren Tahfidz: Mencetak Pemimpin Berkualitas dengan Iman dan Amal
Allah berfirman dalam QS. Al-‘Ashr:
وَالْعَصْرِ
إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.” (Q.S. Al-‘Ashr [103]: 1-3).
Baca Juga: Generasi yang Terjual: Pendidikan Indonesia Dikuasai Pemimpin Rakus
Ayat ini menunjukkan bahwa keselamatan umat dari kerugian hanya mungkin terwujud jika iman, amal saleh, dan budaya saling menasihati dijaga. Hal ini sangat relevan di era digital, di mana saling menasihati dapat dilakukan tidak hanya secara langsung, tetapi juga melalui media digital yang sehat.
Akhirnya, pendidikan Islam di era digital harus dipandang sebagai peluang, bukan semata ancaman. Teknologi bisa menjadi media dakwah, alat pembelajaran, dan sarana memperkuat ukhuwah jika digunakan dengan bijak. Namun tanpa pendidikan yang kuat, teknologi justru akan menyeret umat kepada kerugian.
Pendidikan Islam memiliki misi besar untuk menyiapkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat iman, lurus ibadah, dan mulia akhlaknya. Dengan sinergi antara keluarga, sekolah, masyarakat, serta bimbingan Al-Qur’an, sunnah, dan nasihat para ulama, umat Islam dapat menjawab tantangan digital ini dengan penuh keyakinan dan optimism. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Guru Membawa Cahaya, DPR Membawa Wacana