Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendidikan Karakter Dalam Keluarga

Lailatul Mukarromah - Ahad, 10 April 2022 - 03:04 WIB

Ahad, 10 April 2022 - 03:04 WIB

30 Views

Oleh: Lailatul Mukarromah, Wartawan MINA

Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku manusia. Sedangkan karakter dapat dikatakan sebagai ciri khas atau identitas yang melekat pada manusia.

Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai proses pemberian tuntunan kepada anak atau peserta didik untuk mengembangkan sikap dan perilaku secara optimal.

Pendidikan karakter pertama kali harus dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga karena keluarga merupakan sumber utama dan pertama bagi anak untuk memperoleh dan membentuk serta mengembangkan karakter.

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah

Baik atau buruknya karakter anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Proses pendidikan karakter anak dalam keluarga dapat dilakukan oleh orang tua dengan menggunakan beberapa cara antara lain keteladanan, pembiasaan, nasehat dan hukuman serta motivasi terhadap anak.

Tercapainya proses pendidikan karakter di dalam lingkungan kelurga bergantung pada keserasian antara orang tua, anak, cara yang digunakan serta lingkungan yang mendukung terjadinya proses pendidikan.

Keluarga sebagai unit terkecil dalam tatanan masyarakat merupakan unsur penentu pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak. Anak merupakan amanah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang dianugerahkan kepada orang tua dengan keadaan fisik dan psikologis yang sangat tergantung pada lingkungan sekitarnya terutama adalah keluarga.

Kaitannya dengan proses belajar anak, keluarga sebagai bagian dari lingkungan pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membina kepribadian anak, sebab didalam keluarga memberikan pendidikan dasar berkenaan dengan keagamaan dan budaya. Oleh karena itu kedudukan keluarga sebagai salah satu lembaga pendidikan (informal) sangatlah vital bagi kelangsungan pendidikan generasi muda.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh

Pendidikan karakter pada anak memerlukan waktu yang cukup lama karena karakter tersebut akan terbentuk melalui pola asuh dan kebiasaan keluarga. Jika orang tua menerapkan pola asuh, pembelajaran, dan pengetahuan yang tepat, maka anak akan tumbuh dengan karakter yang baik begitupun sebaliknya. Jadi orang tua tidak hanya memberikan fasilitas pendidikan melainkan juga menjadi pendidik dalam keluarganya.

Pendidikan karakter berhubungan erat dengan pendidikan moral yang tujuannya adalah membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus menerus guna penyempurnaan diri ke arah hidup yang lebih baik. Tanggung jawab, kejujuran, keadilan, dan sopan santun merupakan contoh pendidikan karakter yang perlu diterapkan saat ini.

Orang tua merupakan pendidikan pertama bagi anak, terutama ibu. Sehingga orang tua perlu menanamkan pendidikaan karakter kepada anak sedini mungkin.

Mengenai hal ini ada seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim mengungkapkan sebagai berikut: “Al-Ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq”.

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam

Artinya: Ibu adalah madrasah (Sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.

Ibu adalah madrasah pertama yang nantinya akan memberikan keteladanan bagi sikap, perilaku dan keprbadian anak. Jika seorang ibu itu baik maka baik pula anaknya.

Secara tidak langsung semua tindak tanduk ibu akan menjadi panutan atau sebagai suri tauladan bagi anaknya. Ketika seorang ibu menjalankan kewajiban dan fungsinya dengan baik dalam rumah tangga, bukan tidak mungkin akan melahirkan anak-anak yang sholih-sholihah yang kelak menjadi tunas berdirinya masyarakat yang berbakti kepada kedua orang tua, berkualitas, berbudi pekerti luhur dan Islami.

Secara emosionil ibu adalah orang terdekat bagi anaknya, dengan kasih sayang dan kelembutan sang ibu mampu membangkitkan mental anak menjadi pribadi yang kuat, percaya diri dan juga lembut. Ibu menjadi sosok yang selalu siap siaga dan serba bisa, ketika anaknya serta keluarga membutuhkan.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan

Selain itu, peran ayah juga sangat penting. Ayah dapat mengajarkan anak tentang perilaku yang sesuai dan diharapkan secara sosial.  Dengan peran ayah, anak dapat terbantu dalam membedakan antara benar dan salah, serta membantu anak mengalami dan memahami konsekuensi atas perilaku mereka sendiri.  Peran tersebut dapat membantu mempertahankan “otoritas” ayah dalam keluarga namun juga bermakna bisa menggunakannya dengan efektif.

Biasanya ayah secara alami menjadi sumber penyedia keperluan utama keluarga karena dia yang bekerja dan menghasilkan uang.  Ayah menyediakan tempat tinggal, makanan, uang, hingga pakaian untuk keluarganya. Selain dalam bentuk materi, ayah juga berperan dalam penyedia pengasuhan anak.

Dalam hal ini ayah perlu paham jika tidak hanya kebutuhan materi saja yang penting dipenuhi tetapi juga menyediakan bimbingan, bermain dengan anak, hingga terlibat langsung dalam kegiatan sekolah anak.  Dengan memahami peran dalam pengasuhan anak, ayah dapat dengan mudah memahami dan terlibat dalam penyediaan pengasuhan anak di masyarakat.

Mendidik anak sedari kecil dapat memberikan dampak yang luar biasa nantinya. Pola pembiasaan sejak kecil memberikan dampak kepada anak yaitu memiliki keterampilan serta kepribadian yang baik dan berkualitas, berakhlak mulia, kuat secara fisik dan juga mental.

Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina

Sikap sopan santun juga perlu ditanamkan pada anak, hal ini bisa dilakukan dengan memberikan contoh yang baik pada anak seperti bersikap lembut dan berkata yang baik dan sopan pada anak. Mengajarkan pada anak untuk menghormati orang yang lebih tua. Mengajarkan untuk mengucap “tolong” ketika meminta bantuan, “maaf” ketika melakukan kesalahan dan “terimakasih” ketika mendapatkan atau menerima sesuatu.

Orang tua masa kini menaruh perhatian yang sangat besar kepada sekolah yang bagus dan bergengsi untuk membentuk anak-anaknya menjadi anak yang pandai, cerdas dan berkarakter. Akan tetapi dalam kenyataannya, harapan orang tua masih jauh dari realisasinya.

Karakter kita terdiri dari kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan yang terbentuk semasa kanak-kanak dan remaja kerap bertahan hingga dewasa. Orang tua dapat mempengaruhi pembentukan kebiasaan anak mereka, dalam hal yang baik maupun yang buruk.

Metode Pembentukan Karakter

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat

Untuk menanamkan karakter pada diri anak ada beberapa metode yang bisa digunakan, antara lain:

1. Internalisasi

Internalisasi adalah upaya memasukkan pengetahuan (knowing) dan keterampilan melaksanakan pengetahuan (doing) ke dalam diri seseorang hingga pengetahuan itu menjadi kepribadiannya (being) dalam kehidupan sehari-hari.

2. Keteladanan

Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan

“Anak adalah peniru yag baik.” Ungkapan tersebut seharusnya disadari oleh orang tua, sehingga mereka bisa lebih menjaga sikap dan tindakannya ketika berada atau bergaul dengan anak-anaknya. Berbagi keteladanan dalam mendidik anak menjadi sesuatu yang sangat penting.

3. Pembiasaan

Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Jika orang tua setiap masuk rumah mengucapkan salam, itu telah diartikan sebagai usaha membiasakan. Bila anak masuk rumah tidak mengucapkan salam, maka orang tua mengingatkan untuk mengucapkan salam.

4. Bermain

Baca Juga: Pemberantasan Miras, Tanggung Jawab Bersama

Masa anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, dan kreativitas mereka perlu dijaga dengan menciptakan lingkungan yang menghargai kreativitas, yaitu melalui bermain.

5. Cerita

Sebuah cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh anak, dengan bercerita orang tua dapat menanamkan nilai pada anaknya, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

6. Nasihat

Baca Juga: Lima Karakter Orang Jahil

Nasihat merupakan kata – kata yang mampu menyentuh hati disertai dengan keteladanan. Nasihat memadukan antara metode ceramah dan keteladanan, namun lebih diarahkan pada bahasa hati.

7. Penghargaan dan Hukuman

Memberi penghargaan kepada anak penting untuk dilakukan, karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan penghargaan dan ingin dihargai. Selain penghargaan, hukuman juga bisa diterapkan untuk membentuk karakter anak. Penghargaan harus didahulukan, dibandingkan hukuman.

Dalam mewujudkan pendidikan karakter, orang tua biasanya mempunyai beberapa kendala, di antaranya:

Baca Juga: Ternyata Aku Kuat

  1. Perubahan zaman dan gaya hidup
  2. Pengaruh televisi pada gaya komunikasi anak
  3. Perbedaan watak dan jenis kelamin anak
  4. Perbedaan tipe kecerdasan anak

Dari berbagai kendala tersebut, orang tua harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan usahanya, serta harus lebih mengenal anak-anak agar penanaman karakter pada anak dapat berhasil.

Pendidikan karakter ini tidak akan berhasil dengan baik dan tidak akan berarti apa-apa, apabila keluarga melepaskan tanggung jawab pembentukan karakter hanya kepada sekolah. Peran keluarga dalam pendidikan anak teramat besar, keluarga merupakan unsur terkecil dalam masyarakat, dari keluarga pulalah anak belajar berperilaku dan bersikap sebagai anggota masyarakat yang bermartabat.

Peran keluarga memiliki peranan yang penting, agar proses dalam setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan serta berkembangnya potensi anak atau peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. (A/R11/RS2).

Sumber: dari berbagai sumber.

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Tausiyah
Indonesia
Tausiyah
Tausiyah