Ramallah, 3 Rabi’ul Akhir 1438/1 Januari 2017 (MINA) – Otoritas Moneter Palestina (PMA) memprediksikan melambatnya pertumbuhan perekonomian Palestina akibat efek pelumpuhan yang dilakukan oleh Otoritas Pendudukan Israel.
“Meskipun kenyataannya tingkat pertumbuhan sekitar tiga persen selama beberapa tahun terakhir, kecenderungan berkurangnya pertumbuhan ekonomi masih terlihat,” kata PMA dalam laporannya yang diberitakan Middle East Monitor (MEMO) dikutip MINA, Ahad (1/1).
Sebuah laporan yang dirilis oleh Bank Dunia pada September lalu juga menjelaskan, ekonomi Palestina semakin “mengkhawatirkan” akibat stagnasi pertumbuhan, keterlambatan pengiriman bantuan, dan pembatasan Israel hingga menghambat perbaikan situasi keuangan.
Kondisi seperti ini menyebabkan ekonomi Palestina berpengaruh terhadap perpecahan politik serta geografis di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza yang diblokade. Tindakan-tindakan Israel akan “berdampak buruk bagi kepercayaan investor” karena sektor swasta yang lamban.
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Laporan itu juga menyebutkan dampak ekspansi Israel dari permukiman ilegal di Tepi Barat dan Al-QudsTimur, serta pembatasan Israel yang diberlakukan pada Area C – lebih dari 60 persen dari wilayah Tepi Barat di bawah kontrol penuh militer Israel.
PMA juga menyoroti Israel yang masih meberlakukan blokade pada Jalur Gaza sebagai kendala utama untuk pertumbuhan ekonomi, serta penutupan perbatasan antara Mesir dan Palestina di dalam wilayah yang diblokade.
Otoritas mengatakan perkiraan menunjukkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) terutama didukung oleh peningkatan pekerja Palestina di wilayah jajahan Israel, peningkatan konsumsi swasta yang didanai oleh pinjaman hutang dan perbankan, berdampingan dengan “pertumbuhan moderat” dalam investasi bruto, “karena khususnya untuk investasi berasal dari rekonstruksi Jalur Gaza, meskipun agak lambat.”
Pengeluaran total pada konsumsi diperkirakan akan meningkat sebesar 4,1 persen (3,7 persen untuk konsumsi pribadi dan 5,7 persen untuk konsumsi publik), dengan kenaikan tipis (0,8 persen) dari total pengeluaran investasi.
Baca Juga: Setelah 20 Tahun AS Bebaskan Saudara Laki-Laki Khaled Meshal
Perkiraan PMA ekspor bisa tumbuh sebesar 2,2 persen, sementara impor diperkirakan meningkat sebesar 3,6 persen karena penguatan tingkat konsumsi. Akibatnya, defisit neraca perdagangan diperkirakan diperluas sekitar 4,4 persen.
“Hal ini tidak mungkin diprediksi tumbuh positif yang akan mengerahkan dampak positif secara signifikan pada kesempatan kerja dan lapangan kerja, dengan tingkat pengangguran di Palestina diperkirakan akan terus meningkat menjadi sekitar 27,6 persen dari total angkatan kerja pada 2017,” kata laporan itu. (T/anj/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel