Jakarta, MINA – Tropical Forest Forever Facility (TFFF) muncul sebagai solusi finansial inovatif yang menawarkan insentif jangka panjang bagi negara-negara yang berhasil melestarikan hutan tropis.
Keterangan tertulis IRI Indonesia diterima MINA, Selasa (25/2), dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Mandala Katalika Indonesia (Manka), Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia, dan Universitas Nasional belum lama ini, para ahli menyoroti potensi besar TFFF, sebuah dana global yang didedikasikan untuk konservasi hutan tropis, dalam mendukung konservasi global.
Juan Pablo Osornio, Engagement Director dari Earth Insight, sebagai pembicara utama menjelaskan, TFFF dirancang untuk memberikan penghargaan finansial kepada negara-negara yang mampu mengurangi deforestasi dan mempertahankan tutupan hutan mereka.
“Dengan target pendanaan sebesar USD 125 miliar, dana ini akan diinvestasikan dalam portofolio keuangan yang kemudian menghasilkan pendapatan untuk membayar negara-negara penerima sesuai dengan keberhasilan mereka dalam menjaga hutan,” ujarnya.
Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Berawan, Sebagian Diguyur Hujan Ringan Siang Ini
TFFF adalah mekanisme keuangan inovatif yang dirancang untuk memberikan insentif jangka panjang dan skala besar bagi upaya konservasi dan restorasi hutan tropis.
Tujuannya adalah menciptakan sistem penghargaan yang andal dan berkelanjutan bagi negara-negara yang berhasil mengurangi deforestasi dan mempertahankan tutupan hutan.
Juan menjelaskan, TFFF beroperasi berdasarkan sistem payment-for-results, di mana negara akan menerima pembayaran berdasarkan jumlah hektar hutan yang berhasil dilestarikan atau dipulihkan, dengan pemotongan dana untuk setiap kasus deforestasi atau degradasi hutan.
Untuk memenuhi syarat mendapatkan dana ini, negara penerima harus memiliki tingkat deforestasi di bawah 0,5%, menerapkan sistem pemantauan hutan yang transparan, serta memiliki kebijakan nasional yang mendukung konservasi.
Baca Juga: BAZNAS Gelar Tarhib Ramadhan 1446 H, Hadirkan 1.000 Peserta dari Seluruh Indonesia
“TFFF adalah bentuk insentif bagi negara-negara yang bertindak sebagai penjaga hutan dunia. Ini adalah model keuangan yang memberikan penghargaan kepada mereka yang berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim melalui konservasi hutan,” ujar Timer Manurung, salah satu pembicara FGD tersebut.
Indonesia, dengan 125 juta hektar hutan dan tingkat deforestasi hanya 0,28%, menjadi salah satu kandidat utama penerima manfaat dari skema ini. Namun, sebagaimana disampaikan pembicara lainnya, Mufti Bahri, pendekatan berbasis wilayah diperlukan karena kondisi deforestasi yang beragam di ribuan pulau di Indonesia.
Salah satu tantangan utama dalam implementasi TFFF adalah memastikan bahwa dana ini benar-benar mencapai komunitas lokal dan masyarakat adat yang menjadi penjaga utama hutan tropis. Pembicara lainnya, Ode Rakhman menekankan pentingnya alokasi minimal 20% dari dana TFFF langsung kepada penjaga hutan, dengan mekanisme distribusi yang transparan dan efisien.
Fasilitator Nasional IRI Indonesia, Dr. Hayu Prabowo, yang menyampaikan kesimpulan diskusi, menegaskan bahwa TFFF dapat menjadi terobosan besar dalam pendanaan konservasi, tetapi membutuhkan komitmen kuat dari berbagai pihak.
Baca Juga: Kemenag: 100 Ribu Lebih, Jamaah Reguler 1446 H Lunasi Biaya Haji
“TFFF tidak hanya tentang insentif keuangan, tetapi juga tentang membangun ekosistem yang memungkinkan pemerintah, masyarakat lokal, dan komunitas internasional untuk bekerja sama menjaga hutan tropis,” ujar Hayu.
Dengan model insentif berbasis hasil dan transparansi tinggi, TFFF berpotensi menjadi instrumen keuangan yang efektif dalam mendukung upaya global mengurangi deforestasi dan melindungi paru-paru dunia.
Tropical Forest Forever Facility (TFFF) telah mendapatkan dukungan signifikan dari para pemimpin dunia sebagai solusi finansial inovatif untuk konservasi hutan tropis. Inisiatif ini bertujuan memberikan insentif finansial kepada negara-negara tropis yang berhasil melestarikan hutan mereka, di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap laju deforestasi global yang terus meningkat.
Pada pertemuan COP16 di Cali, Kolombia, Oktober 2024, TFFF diperkenalkan sebagai mekanisme pendanaan yang dirancang untuk mengumpulkan investasi awal sebesar USD 125 miliar.
Baca Juga: Tim Medis Taklim Pusat Layani 224 Pasien, Batuk Pilek Tertinggi
Dana itu diharapkan menghasilkan sekitar USD 4 miliar per tahun untuk mendukung negara-negara tropis dalam upaya konservasi hutan mereka. Menteri Lingkungan Hidup Kolombia, Susana Muhamad, menyatakan bahwa TFFF adalah cara untuk menghargai alam tanpa mengkomodifikasinya.
Dukungan terhadap TFFF semakin kuat dengan adanya persetujuan dari para menteri lingkungan hidup negara-negara G20 pada pertemuan di Rio de Janeiro, Brasil, Oktober 2024. Mereka sepakat untuk mendukung pembentukan sumber pendanaan bagi layanan ekosistem, mengakui proposal Brasil untuk mendirikan dana konservasi hutan melalui TFFF.
Inisiatif tersebut bertujuan memberikan penghargaan kepada negara-negara hutan tropis yang melindungi bioma kritis dan membayar komunitas lokal serta masyarakat adat yang terlibat dalam menjaga ekosistem.
Namun, tantangan yang dihadapi sangat besar. Laporan Forest Declaration Assessment yang dirilis pada Oktober 2024 mengungkapkan bahwa deforestasi global mencapai 6,4 juta hektare pada tahun 2023, melebihi target yang ditetapkan untuk mengakhiri deforestasi pada 2030.
Baca Juga: Guru dan Puluhan Siswa di Jambi Bersihkan Lumpur dampak Banjir
Indonesia sendiri kehilangan 1,18 juta hektare hutan pada tahun yang sama, menjadikannya negara dengan deforestasi terluas kedua setelah Brasil.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Awali Aktifitas Pagi di Jakarta, Perhatikan Prakiraan Cuaca Senin Ini