Peneliti dari Kawasan Asia Pasifik Belajar Pemuliaan Mutasi Tanaman di BATAN

Jakarta, MINA – Sebanyak 20 peneliti muda dari 14 negara di kawasan mengikuti pelatihan di bidang pemuliaan mutasi tanaman yang berlangsung mulai 9 – 20 Juli 2018, di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), Badan Tenaga Nulir Nasional (), Pasar Jumat, Jakarta.

Pelatihan ini merupakan salah satu perwujudan dari BATAN sebagai collaborating centre di bidang plant mutation breeding yang telah ditetapkan International Atomic Energy Agency (IAEA) beberapa tahun yang lalu.

Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan, dengan adanya Pusat Kajian di BATAN, maka seseorang yang ingin belajar terkait teknologi nuklir bidang pemuliaan mutasi tanaman menggunakan radiasi, tidak harus pergi ke negara Eropa, karena cukup bisa belajar di BATAN.

“Di BATAN ini ada tenaga ahli Prof. Suranto yang dianggap sudah sebagai tenaga ahli level internasional,” kata Djarot pada acara konferensi pers di PAIR BATAN, Pasar Jumat, Jakarta, Senin (9/7).

Dia menyatakan, Pusat Kajian juga membantu Kementerian Luar Negeri dalam posisi ingin membantu negara-negara sesama Selatan-Selatan. “Jadi Kemenlu ingin supaya banyak cara bisa bantu, di antaranya dengan teknologi nuklir, kita membantu negara lain, seperti dari Afrika, Myanmar, Laos dan di negara lainnya yang mana level teknologinya masih membutuhkan bantuan,” terangnya.

Sementara itu, Kepala PAIR Totti Tjiptosumirat menyampaikan, kegiatan ini diselenggarakan di BATAN karena , khususnya BATAN dianggap sebagai negara atau institusi yang sudah maju dalam pemanfaatan teknologi nuklir.

“Indonesia dalam hal ini BATAN telah dianggap sebagai negara yang maju dalam pengembangan aplikasi teknologi nuklir di bidang pertanian, khususnya pemuliaan mutasi tanaman menggunakan radiasi,” ujarnya.

Sejauh ini menurut Totti, melalui aplikasi teknologi nuklir, Indonesia telah menghasilkan banyak varietas unggul mutan tanaman penting seperti padi, kedelai, sorgum, kacang hijau, kacang tanah, kapas, dan gandum tropis. Varietas unggul tanaman tersebut telah disebarluaskan dan ditanam oleh masyarakat petani dan telah memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan produksi dan ketahanan pangan Indonesia.

“Kesuksesan BATAN yang telah melepas banyak varietas unggul mutan tanaman, kini menjadi perhatian khusus dalam mempromosikan penggunaan teknologi nuklir bagi kesejahteraan masyarakat di berbagai kalangan seperti petani, pejabat pemerintah, pelajar/mahasiswa dan akademisi,” paparnya.

Ia menambahkan, karena keberhasilan itulah, menjadikan Indonesia (BATAN) sebagai tempat tujuan pelatihan internasional bagi peneliti di bidang pemuliaan mutasi tanaman.

Beberapa negara yang telah mengikuti pelatihan di BATAN antara lain, Bangladesh, Burkina Faso, Cambodia, Cina, India, Korea Selatan, LAO P.D.R, Madagascar, Malaysia, Mongolia, Mozambique, Myanmar, Namibia, Nepal, Pakistan, Philipina, Sri Lanka, Tanzania dan Vietnam.

Jumlah tersebut dipastikan akan terus bertambah di masa mendatang, apalagi setelah BATAN mendapatkan penghargaan Outstanding Achievement Award on Plant Mutation Breeding dari IAEA pada bulan September 2014 yang lalu.

Sedangkan pelatihan kali ini, diikuti oleh 14 negara dari kawasan Asia Pasifik yakni, Bangladesh, Cina, India, Indonesia, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filipina, Sri Lanka, Thailand, Vietnam dan Tanzania.(R/R01/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.