Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti: Kemiskinan di Indonesia Akibat Kesenjangan Ekonomi

Insaf Muarif Gunawan - Selasa, 14 Januari 2020 - 16:10 WIB

Selasa, 14 Januari 2020 - 16:10 WIB

9 Views

Jakarta, MINA – Peneliti Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) Siti Nur Rosifah mengatakan, Kemiskinan di Indonesia terjadi karena Kesenjangan Ekonomi.

Nur Rosifah menilai bahwa orang miskin kini semakin sulit untuk mengalami mobilitas vertikal dari kelas bawah menuju kelas menengah pada status pekerjaan dan pendapatan dalam siklus hidupnya.

Hal itu disampaikan dalam Diskusi IDEASTaIk yang bertajuk “llusi Mobilitas Ekonomi dan Kapital Tak Terbatas” di Bakso Boedjangan, Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (14/1).

Ia menjelaskan, di saat yang sama, anak-anak dari keluarga miskin semakin sulit untuk menyamai, terlebih melebihi status ekonomi dan sosial orang tuanya.

Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka

”Orang miskin hari ini menghadapi lingkungan yang semakin keras. Orang miskin hari ini juga adalah orang miskin kemarin, dengan menanggung berbagai keterbelakangan yang kronis. Mereka menghadapi kekurangan sumber daya dan kesulitan yang terus berlipat dari hari ke hari, menghadapi kesulitan yang persisten, sejak usia dini hingga tua, menanggung keterbelakangan ekonomi dan sosial, yang terwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya,” ujarnya.

Nur Rosifah menambahkan, bahwa berdasarkan data yang dihimpun oleh IDEAS dari IFLS (Indonesia Family Life Survey) dalam rentang 21 tahun (1993-2014), ditemukan bukti empiris bahwa kelompok kaya jauh Iebih mampu mempertahankan kesejahteraannya dibandingkan kemampuan mobilitas vertikal si miskin.

“Dari 3.319 anak yang besar di keluarga tidak miskin pada 1993, 96,6 persen diantaranya mampu menjaga tingkat kesejahteraannya dan tidak miskin pada 2014. Hanya 3,4 persen diantaranya yang jatuh menjadi miskin. Si kaya memiliki peluang jauh Iebih besar untuk mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan ekonominya dibandingkan si miskin,” ungkap Nur Rosifah.

Transisi dari miskin ke kelas menengah adalah proses yang sulit dan berliku, IDEAS mencoba melakukan simulasi kenaikan garis kemiskinan dua kali lipat untuk memastikan bahwa kelompok miskin benar-benar telah sejahtera. (L/R8/B04)

Baca Juga: Guru Tak Tergantikan oleh Teknologi, Mendikdasmen Abdul Mu’ti Tekankan Peningkatan Kompetensi dan Nilai Budaya

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia