Peneliti LIPI: Blokade Tak Ubah Dukungan Qatar pada Ikhwanul Muslimin

Peneliti Politik Pusat Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nostalgiawan Wahyudhi (kiri).(Foto: MINA/Aliya)

Jakarta, MINA – Peneliti Politik pada Pusat Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nostalgiawan Wahyudhi mengatakan, blokade yang dilakukan beberapa negara Teluk, termasuk Mesir, tidak mengubah pendirian Qatar mendukung kelompok Ikhwanul Muslimin, yang dilarang di Mesir dan dinyatakan sebagai organisasi teroris.

“Pemutusan hubungan diplomatik (blokade-red) yang kini dilakukan delapan negara (termasuk Mesir-red) kepada Qatar tidak mengubah pendirian negara itu untuk mendukung kelomp[ok Ikhwanul Muslimin,” katanya dalam acara INSISTS Saturday Forum (ISF) dengan tema “Ikhwanul Muslimin dan Islam Politik di Qatar,” di Jakarta, Sabtu (15/7).

Sejauh ini ada 8 negara yang telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, yajni Saudi Arabia, Bahrain, Uni Emirat Arab (UAE), Mesir, Yaman, Libya, Maladewa dan Mauritania. Negara tersebut antara lain menuding Qatar mendukung kelompok-kelompok militan seperti yang mereka tuduhkan pada Ikhwanul Muslimin, serta mendukung Iran, musuh besar Saudi, menuntut Qatar menutup tv Al Jazeera dan lain-lain.

Menurutnya, blokade yang dilakukan Negara-Negara Teluk tidak akan membuat penduduk Qatar kelaparan atau menjerumuskan perekonomian  Qatar.

“Blokade ini tidak akan membuat Qatar menghadapi krisis ekonomi  dalam waktu sebulan atau lebih, karena Qatar masih bisa menyuplay migas  ke negara lain (seperti Turki, Cina, Jepang dan sebagainya), namun jika blokade itu dilakukan dalam jangka panjang maka malahan juga berbahaya bagi negara-negara ,” tambahnya.

Ia memaparkan situasi sebelumnya, bahwa dimulai tahun 2011 suasana politik di Timur Tegah, terutama sejak Musim Semi Arab () menunjukkan gejolak dan ketegangan yang melibatkan hampir semua pihak; negara terhadap negara, negara terhadap masyarakat, dan masyarakat terhadap masyarakat.

Sejak itu, pemerintahan masing-masing negara mengambil langkah politik untuk mengamankan kepentingan nasional dan kawasan, tetapi masyarakat juga melakukan inisiatifnya sendiri, dari bentuk gerakan sosial sampai ke gerakan bersenjata.

Muncullah peristiwa yang merupakan turunan dari Musim Semi Arab yaitu, pemutusan hubungan diplomasi beberapa Negara Arab terhadap Qatar. Salah satu argumen pemutusan tersebut yang paling mencolok adalah Qatar men mendukungan terorirme di kawasan Teluk.

“Tudingan itu tidaklah benar,” ujarnya.

Wahyudhi yang menyelesaikan pendidikan strata 2 di bidang ilmu politik di International Islamic University of Malaysia (IIUM), mengatakan Qatar sebagai negara sahabat, selama ini Qatar juga juga aktif menyelesaikan konflik antara negara-negara Timur Tengah.

” Qatar juga selalu memberikan dukungan dan bantuannya terhadap warga Palestina, begitu juga di Suriah dan negara Timur lainnya,” jelasnya.

Ia menambahkan negara Qatar meski masih dalam pemblokadean namun kedermawanannya tidak berhenti dan  tetap membantu negara lain seperti Palerstina, dan tetap dapat mensejahterakan penduduknya, baik penduduk pribumi maupun pendatang.

“Penduduk di Qatar bisa dibilang nol persen pengangguran, dengan penghasilan lebih tinggi,” tambahnya.(L/R10/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Hasanatun Aliyah

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.