Jakarta, 7 Rajab 1438/ 4 April 1438 (MINA) – Karya ilmiah enam peneliti muda Islam Indonesia telah diterbitkan dalam sebuah buku ‘Muslim Subjectivity: Spektrum Islam Indonesia’ melalui pemerintah Australia.
Pemerintah Australia mendanai enam orang mahasiswa tingkat Doktoral atau S3 yang tengah menempuh pendidikannya untuk tinggal di Australia selama kurang lebih 10 bulan.
“Ini adalah bukti nyata kemajemukan dua negara antara Australia dan Indonesia karena saling mendukung satu sama lain,” kata Konselor Politik dan Diplomasi Publik Kedutaan Besar Australia, Bradley Armstrong, di Jakarta, Selasa 4 April 2017.
Selama 10 bulan tinggal di Australia, keenam warga Indonesia ini diharuskan menghasilkan sesuatu. Maka, mereka berinisiatif untuk menulis sebuah buku berjudul ‘Muslim Subjectivity: Spektrum Islam Indonesia’.
Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan
Keenam peneliti telah menyelesaikan tesis saat berpatipasi dalam program Partnership in Islamic Education Scholarship (PIES).
Sekarang di tahun ke-15, program PIES bertujuan untuk memperkuat peneliti dan kemampuan pengajaran di universitas dan lembaga Islam.
Sebagai bagian dari program ini, peserta PIES menghabiskan satu tahun studi doktor mereka di Australian National University (ANU) di Canberra.
Buku ini memaparkan tentang perkembangan Islam di seluruh dunia dan Islam yang setara di mana bisa berjalan bersama-sama dengan kehidupan politik.
Baca Juga: Resmikan Terowongan Silaturahim, Prabowo: Simbol Kerukunan Antarumat Beragama
“Saya sendiri berada di Sydney, Februari kemarin, saat Presiden Joko Widodo berkunjung ke Australia. Di situ, PM Malcolm Turnbull memuji Indonesia karena Islam-nya yang damai,” tambahnya.
Dia menambahkan, Program ini sudah diselenggarakan selama 15 tahun terakhir dan memang menyasar pada warga Indonesia beragama Muslim.
Program ini juga memberikan kesempatan pada dosen atau cendekiawan untuk belajar di Canberra dan Australian National University untuk bertukar budaya dan mengenal Australia pula.
“Syaratnya tidak banyak, tidak usah memakai IELTS (standar penggunaan Bahasa Inggris internasional) dan bisa saja memakai Bahasa Indonesia selama di Australia,” ungkapnya.
Baca Juga: Konflik Suriah, Presidium AWG: Jangan Buru-Buru Berpihak
Ketika ditanya bagaimana hidup di negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, Armstrong merasa tak ada diskriminasi walaupun dirinya beragama Katolik.
“Saya tinggal di sini selama 15 tahun. Pernah tinggal di Sukabumi selama setahun. Sebagai orang luar yang tinggal di sini, Indonesia sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, saat tahun 1998,” jelas Armstrong.
Adapun buku ‘Muslim Subjectivity: Spektrum Islam Indonesia’ ini, mencakup makalah penelitian enam dosen Universitas Islam Indonesia. Mereka di antaranya:
1. Aisyah Arsyad dari UIN Alaudin Makassar, dengan judul; Polemik Nikah Siri: Dualisme Hukum Memapankan Sistem Patriarki.
2. Muhammad Irfan Hasanuddin dari IAIN Palopo, dengan judul; Wajah Kontemporer Dakwah Islam Indonesia: Pengalaman dari Jaam Tabligh di Palopo-Sulawesi Selatan Indonesia.
3. Muhammad Muntahibun Nafis dari IAIN Tulungagung, dengan judul; Pesantren dan Pluralisme: Pendidikan Pluralisme ala Pondok Pesantren Ngalah Pasuruan Jawa Timur.
4. Muhammad Rozali dari IAIN Sumatera Utara, dengan judul; Kemunduran Tradisi Keulamaan Al Jam’iyatul Washliyah Sumatera Utara.
5. Rofhani dari UIN Sunan Ampel Surabaya, dengan judul; Busana-Hijab: Reprensentasi Diri dan Hegemoni Budaya Muslim Kelas Menengah Perkotaan.
6. Siti Mahmudah dari UIN Raden Intan Lampung, dengan judul; Pemikiran Khalil ‘Abd al-Karim (1930-2002) tentang Reformasi Syariat Islam di Mesir dan Pengaruhnya terhadap Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia. (L/R07/R01)
Baca Juga: Krisis Suriah, Rifa Berliana: Al-Julani tidak Bicarakan Palestina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: AWG Selenggarakan Webinar “Krisis Suriah dan Dampaknya bagi Palestina”