Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti Remaja Indonesia Raih Penghargaan Internasional

Rana Setiawan - Kamis, 25 Mei 2017 - 13:11 WIB

Kamis, 25 Mei 2017 - 13:11 WIB

273 Views

(Foto: InfoPublik)

(Foto: InfoPublik)

Jakarta, 28 Sya’ban 1438/25 Mei 2017 (MINA) – Empat peneliti remaja Indonesia berhasil meraih penghargaan di ajang kompetisi ilmiah internasional Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) di Los Angeles, California, Amerika Serikat, pada Ahad-Jum’at (14-19/5). Melalui tiga karya penelitian, mereka membawa pulang tiga penghargaan bergengsi.

Peraih penghargaan utama (Grand Awards) adalah Latifah Maratun Sholikhah dari SMA Negeri 1 Teras, Boyolali, Jawa Tengah yang merupakan juara I LKIR LIPI kategori social sciences . Dia mendapatkan penghargaan sebagai 4th Place Grand Awards on Category of Social and Behavioral Sciences melalui karya penelitian “Anak-Anak yang Terabaikan: Studi Kasus Sikap Masyarakat terhadap Anak Penderita HIV/AIDS di Enam Kecamatan di Surakarta”. Selain penghargaan utama, Latifah juga memperoleh penghargaan sebagai Honorable Mentions dari American Physiological Association.

Latifah tidak menyangka penelitiannya akan meraih penghargaan.“Penelitian ini berawal dari banyaknya korban kasus HIV/AIDS di lingkungan sekitar saya, sehingga saya merasa perlu untuk membuat masyarakat umum memberikan perhatian lebih kepada mereka,” ujarnya sebagaimana keterangan pers InfoPublik yang diterima MINA.

Menurutnya, penderita HIV/AIDS punya hak yang sama di masyarakat.

Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan 

“Saya ingin sikap masyarakat bisa berubah jadi lebih baik dan menunjukkan empati, karena anak-anak penderita HIV AIDS juga memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya,” terangnya.

Walaupun menemui berbagai kendala, Latifah tetap tekun menyelesaikan penelitiannya. “Failure guide us to success,” imbuhnya.

Pelajar kedua yang mendapat penghargaan adalah Azizah Dewi Suryaningsih dari SMA Negeri 1 Yogyakarta yang merupakan juara I LKIR Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian dan Maritim.

Ia memperoleh penghargaan Special Awards pada peringkat ketiga dari American Geosciences Institute melalui penelitiannya yang berjudul “Hutan Bambu sebagai Tanggul Alami Penahan Aliran Piroklastik di Gunung Merapi”.

Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun

Azizah mengatakan, masyarakat di sekitar Merapi percaya bambu dapat memberi peringatan sebelum erupsi. Sebelum Merapi memuntahkan isi perutnya, terjadi perubahan alam berupa peningkatan temperatur udara dan di dalam tanah sekitar Merapi yang membuat hewan-hewan turun gunung.

“Peningkatan temperatur tersebut membuat bambu pecah sehingga menimbulkan bunyi yang digunakan oleh warga lokal sebagai peringatan dini,” jelasnya. Azizah sendiri meneliti ketahan bambu untuk mitigasi bencana. Dari penelitiannya, Azizah juga mendapati bahwa bambu dapat digunakan untuk mengalihkan arus awan panas yang membawa material vulkanik.

Special Awards berikutnya diraih oleh Bagus Putra dan Made Prasanta dari SMA Negeri Bali Mandara, Indonesia, yaitu Third Place dari American Meteorological Society. Karya penelitian mereka adalah “Smart Digital Psychrometer untuk Meramal Cuaca Lokal”.

Mereka merupakan pemenang Medali Emas OPSI Tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Kemendikbud RI.

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Para pelajar Indonesia ini berkompetisi bersama 1.800 pelajar dari 75 negara dalam ajang yang memperebutkan total hadiah lebih dari 4 juta dolar Amerika Serikat. Tahun ini, LIPI mengirimkan lima karya penelitian, yang melibatkan tujuh pelajar SMA sebagai finalis Intel ISEF, dua pelajar SMA sebagai pengamat (observer) dan satu siswa SMP yang juga merupakan perwakilan Indonesia di ajang Intel International Broadcom Master, yakni ajang pengenalan sains bagi remaja di bawah usia 15 tahun.

Sementara itu, Kemendikbud mengirim lima pelajar dengan tiga karya penelitian.

Kepala Biro Kerja Sama, Hukum dan Humas LIPI, Nur Tri Aries S yang turut mendampingi para pelajar mengatakan, keikutsertaan Indonesia di ajang Intel ISEF adalah bentuk kerja sama yang erat antara pemerintah, pihak swasta, maupun pihak terkait dalam mendidik remaja Indonesia dengan memberikan mereka wawasan dan pengalaman internasional.

“Kami berharap ajang ini dapat meningkatkan kecintaan generasi muda terhadap dunia penelitian,” pungkasnya. (T/R01/B05)

Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Kolom
MINA Preneur