Abu Dhabi, MINA – Para peneliti di Universitas Khalifa di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) bekerja untuk mengembangkan dan memproduksi ventilator yang lebih murah hanya dengan 2 persen dari biaya pasar saat ini.
Upaya tersebut untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan medis di tengah pandemi global COVID-19, mengingat tingginya permintaaan perlengkapan itu.
Tim pakar bertujuan untuk meluncurkan prototipe dalam waktu kurang dari dua pekan untuk memproduksi ventilator secara massal.
Direktur Pusat Inovasi Teknik Medis Universitas Khalifa, Cesare Stefanini, mengatakan, jumlah tempat perawatan intensif dan ventilator mekanik di rumah sakit adalah sebagian kecil dari apa yang mungkin diperlukan dalam beberapa pekan mendatang ketika situasi pandemik ini berkembang di seluruh dunia.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
“Rencana kami harus sangat agresif. Kami bertujuan untuk mengembangkan kerja prototipe dalam waktu kurang dari dua pekan, di samping merancang unit produksi massal. Kami memiliki semua keahlian teoritis dan desain di tim kami, terutama di fase prototyping,” ujar Stefanini sebagaimana keterangan Kedutaan Besar UEA untuk Indonesia di Jakarta yang diterima MINA, Kamis (9/4).
Pemerintah UEA melaporkan, Rabu (8/4), pasien positif COVID-19 mencapai 2.659, dengan jumlah tambahan pasien positif dalam 24 jam terakhir sebanyak 300.
Saat ini UAE telah melakukan hampir 540.000 tes, kira-kira satu untuk setiap 18 orang di negara itu, dan lebih dari dua kali jumlah yang telah dilakukan pada awal bulan. UAE terus melakukan lebih banyak pengujian daripada negara lain.
Upaya pada bidang pendidikan, melalui platform pembelajaran jarak jauh UEA, Madrasah, saat ini telah melayani 2,5 juta orang di seluruh dunia Arab, tiga kali lebih banyak daripada sebelum krisis COVID-19 dimulai. Dengan lebih dari 5.000 video pendidikan yang ditawarkan, platform ini melengkapi inisiatif pembelajaran jarak jauh UEA yang diluncurkan pada 22 Maret 2020.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Etihad Airways akan bermitra dengan perusahaan Australia Elenium Automation untuk menguji teknologi baru yang dapat mendeteksi sakit wisatawan, termasuk mereka yang memiliki gejala awal COVID-19. Sistem ini bertujuan untuk melacak suhu, detak jantung, dan laju pernapasan penumpang saat melewati meja check-in, tempat penyimpanan barang, dan pos pemeriksaan keamanan.
Etihad mengumumkan akan menambah penerbangan baru dari Abu Dhabi ke Melbourne dan Amsterdam. Etihad tetap mengoperasikan penerbangan khusus ke Seoul, Singapura, Manila, dan Jakarta.
Bantuan Perang COVID-19
Sebagai aksi solidaritas, UEA juga telah memberikan 10 ton bantuan ke Italia, 13 ton bantuan ke Kazakhstan, dan 10 ton bantuan ke Kolombia dalam perang melawan COVID-19. Bantuan itu berupa ratusan ribu keping alat pelindung diri akan membantu lebih dari 30.000 petugas kesehatan di tiga negara.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio mengatakan, pihaknya saat ini mengalami fase yang hanya dapat digambarkan sebagai perang melawan musuh tak terlihat yang dilakukan oleh tenaga medis mereka.
“Peralatan pelindung pribadi yang disediakan oleh UEA ke Italia adalah senjata kami dalam pertempuran ini. Kami menganggap gerakan ini untuk mewujudkan solidaritas dalam praktik dan bantuan di lapangan. Italia tidak akan pernah melupakan negara-negara yang mendukungnya selama periode yang sulit ini, yang bukan hanya krisis kesehatan tetapi juga krisis ekonomi dan sosial,” pungkas Di Maio.(L/R1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah