London, MINA – Kuatnya persenjataan kelompok Islamic State (ISIS) dalam perang di Irak dan Suriah melibatkan Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi, menurut hasil penelitian sebuah badan penelitian.
Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Penelitian Persenjataan Konflik (CAR) pada Kamis (14/12) menyebutkan, senjata yang dipasok AS dan Saudi kepada kelompok opsisi Suriah sering jatuh ke tangan ISIS, yang secara signifikan meningkatkan “kuantitas dan kualitas” persenjataan mereka.
Namun, menurut laporan itu, jumlah senjata yang disita “jauh melampaui yang bisa didapat melalui perampasan senjata saja.”
Laporang tentang senjata ISIS tersebut didasarkan pada investigasi lapangan selama tiga tahun di Irak dan Suriah dengan cara mendata jenis, jumlah dan asal usulnya.
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
Penelitian lembaga yang berbasis di Inggris ini menganalisis lebih dari 40.000 item yang ditemukan di medan perang, termasuk senjata, amunisi, dan bahan yang digunakan untuk membuat alat peledak improvisasi.
Penelitian menyebutkan, sebagian besar senjata dijarah dari tentara Irak dan Suriah, tapi sebagian dipasok oleh negara-negara lain yang terlibat dalam konflik tersebut dan mendukung kelompok oposisi Suriah melawan Presiden Bashar Al-Assad.
“Irak dan Suriah telah melihat pasukan ISIS menggunakan sejumlah besar senjata, yang dipasok oleh negara-negara seperti Arab Saudi dan Amerika Serikat, melawan berbagai koalisi anti-ISIS internasional yang didukung kedua negara,” kata CAR. Demikian Al Jazeera memberitakannya yang dikutip MINA.
Semua barang yang diperiksa dibuat di negara-negara Uni Eropa (UE) yang diteruskan ke kelompok bersenjata di Suriah. AS dan Saudi dituding melanggar klausul kontrak yang melarang pemindahan senjata tersebut.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
“Bukti yang dikumpulkan oleh CAR mengindikasikan bahwa Amerika Serikat berulang kali mengalihkan senjata dan amunisi buatan UE ke pasukan oposisi dalam konflik Suriah. Pasukan tersebut dengan cepat memperoleh hak asuh atas materi ini,” katanya.
Sekitar 90 persen senjata dan amunisi yang digunakan oleh ISIS berasal dari Cina, Rusia, dan Eropa Timur, dengan senjata buatan Rusia melebihi jumlah negara lain.
Menurut CAR, informasi itu menjadi peringatan nyata kontradiksi yang melekat dalam memasok senjata ke dalam konflik di Irak dan Suriah.
CAR juga melaporkan bahwa tahun lalu ISIS telah bisa memproduksi senjata kelas militer. (T/Ri-1/RS3)
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah