Jakarta, 22 Rabi’ul Awwal 1438/22 Desember 2016 (MINA) – Penerima beasiswa pada Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama, M. Ihtirozun Niam berhasil menciptakan alat penentu arah kiblat dan mata angin.
Berawal dari keprihatinanya terhadap perkembangan kajian Ilmu Falak yang minim praktik, sarjana lulusan UIN Walisongo Semarang ini melakukan observasi hingga berhasil menciptakan alat yang disebut I-zun Dial.
“Pengembangan ilmu falak harus dibarengi praktek atau observasi. Sedangkan untuk praktek atau observasi ada banyak alat yang dibutuhkan. Alat ini diharapkan useable (mudah digunakan) dan representatif untuk keperluan praktek dalam implementasi dan pengembanga ilmu falak,” katanya, di Semarang, Kamis (22/12).
Nama I-zun Dial, menurutnya dalam laman resmi Kemenag yang dikutip MINA, terinspirasi dari instrumen astronomi yang banyak berkembang di dunia barat masa lalu. Dalam dunia astronomi, dikenal alat bernama Sun Dial yang biasa digunakan untuk penunjuk waktu atau jam dengan memanfaatkan sinar matahari.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
“I-zun Dial muncul dengan fungsi-fungsi lainnya, selain juga bisa untuk menunjukan waktu,” ujarnya.
Ia menambahkan, alat yang diciptakannya ini didesign sebagai alat multifungsi. Selain sebagai petunjuk waktu, I-zun Dial berfungsi untuk menentukan arah mata angin sejati dan arah kiblat, juga bisa berfungsi untuk melokalisir objek rukyah sehingga akan memudahkan para petugas rukyah.
Fungsi lainnya dari alat ini adalah menentukan lintang tempat (ardu al-balad), bujur tempat (thul al-balad), deklinasi matahari (mail as-syams), dan equation of time (tadil al-waqt). “Fungsi penentuan nilai deklinasi matahari dan fungsi penentuan titik koordinat suatu tempat dari I-Zun Dial saat ini tengah dijadikan objek kajian untuk penelitian skripsi mahasisiwa UIN Walisongo dan STAIN Pekalongan,” tutur Izun yang tengah sibuk mempersiapkan penerjemahan buku panduan I-Zun Dial ke Bahasa Arab.
Agar lebih mudah digunakan, santri yang saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di UIN Walisongo ini juga telah membuatkan program perhitungan agar orang awam pun bisa menggunakan. “Cukup menekan dua sampai tiga tombol di keyboardnya, tanpa harus tahu lebih detail rumusnya,” ujarnya.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Di samping itu, ia juga telah menyediakan buku untuk membongkar algoritma perhitungannya sebagai referensi atau bahan kajian bagi para akademisi yang ingin mengkaji lebih dalam. (T/Ima/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September