Washington, DC, MINA – Seorang penerjemah yang bekerja untuk Kementerian Pertahnan AS (Pentagon) telah dijatuhi hukuman 23 tahun penjara, karena memberikan nama-nama informan AS di Irak kepada seseorang yang diduga terkait dengan Hizbullah Lebanon.
Mariam Thompson (62) telah mengakui mengirimkan informasi rahasia kepada seorang warga negara Lebanon, dengan harapan informasi itu akan diteruskan ke kelompok yang dinyatakan sebagai organisasi “teroris” oleh Washington itu.
“Hukuman Thompson mencerminkan keseriusan pelanggarannya terhadap kepercayaan rakyat Amerika, sumber manusia yang dia bahayakan dan pasukan yang bekerja di sisinya sebagai teman dan kolega,” kata John Demers, Kepala Divisi Keamanan Nasional Departemen Kehakiman, dalam sebuah pernyataan, Nahar Net melaporkan, Jumat (25/6).
Menurut dokumen pengadilan, Thompson bekerja sebagai penerjemah di pangkalan militer asing, di saat pada tahun 2017 dia memulai hubungan melalui aplikasi video dengan seorang pria yang mengatakan bahwa dia terhubung dengan Hizbullah di Lebanon.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
“Seiring waktu, Thompson mengembangkan minat romantis pada rekan konspiratornya,” kata Departemen Kehakiman.
Dia ditugaskan ke pasukan khusus Amerika di Arbil, ibu kota Kurdistan Irak, pada Desember 2019, ketika unit tersebut memulai serangan terhadap milisi pro-Iran, yang berakhir 3 Januari 2020 dengan kematian Jenderal Iran Qassim Suleimani.
Tak lama setelah itu, kontak Thompson meminta informasi tentang agen yang dicurigai telah membantu Amerika Serikat.
Dia memberinya data tentang beberapa informan Amerika, termasuk nama asli setidaknya delapan orang, diakses melalui file personel, dan informasi tentang taktik militer AS.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Dia ditangkap oleh otoritas federal bulan berikutnya, pada akhir Februari 2020. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan