Pengabdian masyarakat merupakan bentuk tridharma perguruan tinggi yang harus dijalankan institusi. Mahasiswa sebagai bagian dari institusi pendidikan sudah seharusnya melakukan kegiatan berbagi dan belajar bersama masyarakat.
Sebanyak 13 mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB melakukan pengabdian masyarakat melalui gerakan “Bara Muda” (Baduy Sejahtera Muslim Berdaya).
Kegiatan ini dilaksanakan di Kampung Landeuh Baduy Mualaf, Desa Bojong Menteng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
Kegiatan diawali dengan survei lokasi pada awal April 2019 dan implementasi program dilakukan pada tanggal 10-12 Mei. Kegiatan dilaksanakan secara bertahap selama satu bulan.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Masyarakat Baduy Mualaf merupakan masyarakat Baduy Luar yang sudah hijrah dengan memeluk agama Islam dan membentuk permukiman sendiri yang terdiri atas 29 kepala keluarga.
Masyarakat Baduy Mualaf secara langsung keluar dari wilayah adatnya sehingga mereka tidak berhak lagi atas hak ulayatnya. Menurut Nurhayatul Ulfah, salah satu mahasiswa Fema IPB yang ikut program itu, pada awalnya masyarakat Baduy Mualaf tidak memiliki pemukiman atau perkampungan tersendiri, mereka terpisah-pisah sesuai dengan wilayah dimana mereka masuk Islam.
“Hal ini terkadang mengancam ketahanan hidup mereka karena keluar dari kebiasaannya saat menjadi masyarakat adat. Pemukiman yang terpisah serta mengais hidup secara individu tanpa dukungan dari manapun, menjadikan beberapa di antara Masyarakat Baduy Mualaf kembali memeluk kepercayaan “Sunda Wiwitan” yang biasa dianut Suku Baduy. Berdasarkan hal tersebut pada Agustus 2018 sebuah yayasan membantu mendirikan pemukiman masyarakat Baduy Mualaf di Desa Bojong Menteng,” lanjut Nurhayatul.
Masyarakat Baduy Mualaf diberikan fasilitas rumah untuk dapat melanjutkan kehidupan mereka. Kondisi ini mengubah kebiasaan mereka sebagai masyarakat adat yaitu meramu dan berladang.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Saat ini masyarakat Baduy Mualaf harus membeli semua kebutuhan rumah tangganya seperti beras, sayur-sayuran, dan kebutuhan pangan lainnya. Sedangkan dulunya saat mereka menjadi bagian masyarakat adat mereka bisa memperoleh kebutuhan pokoknya dari hutan dan ladang.
Ketidakstabilan ekonomi yang dialami masyarakat karena perubahan identitas menjadikan mereka tidak mandiri dalam hal ekonomi. Masyarakat masih mengandalkan donasi-donasi dari berbagai pihak atas status mualaf mereka. Tidak dapat dipungkiri hal ini berdampak pada pola kehidupan dan aspek kesehatan masyarakat.
Lebih lanjut Nurhayatul mengatakan, atas dasar tersebut kami yakin bahwa program pemberdayaan “Gerakan Bara Muda (Baduy Sejahtera Muslim Berdaya) Melalui Pengembangan Kampung Mandiri Pangan” penting untuk diimplementasikan.
Program ini akan memfasilitasi masyarakat dalam beberapa sub pengembangan yaitu demonstrasi penanaman tanaman hortikultura di lahan pekarangan untuk mendukung pangan keluarga, sosialisasi dan demonstrasi gizi seimbang, demonstrasi MPASI (Makanan Pendamping ASI), cek kesehatan (asam urat dan gula darah), dan konsultasi keluarga.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
“Kegiatan dilaksanakan dengan dua sistem yaitu berkumpul bersama warga di balai kampung dan mengunjungi setiap rumah warga,” jelasnya.
Nurhayatul mengatakan kegiatan pengabdian masyarakat ini terangkai dalam program Seratus Duta Sehat Indonesia yang difasilitasi oleh Dompet Dhuafa dan CSR PTT Exploration and Production Public Company Limited (PTTEP) yang bekerjasama dengan Fakultas Ekologi Manusia IPB.
“Dalam kegiatan di lapangan kami bekerjasama dengan Komunitas Mbangundeso Foundation sebagai komunitas yang terlebih dahulu berkegiatan di lokasi tersebut. Melalui kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat membantu masyarakat Baduy Mualaf untuk meningkatkan kemandiriannya pasca perubahan identitas mereka,” tambahnya.(A/R01/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)