Ramallah, MINA – Pengadilan Israel menolak permintaan banding yang diajukan untuk pembebasan tahanan Palestina Khalil Awawdeh, yang telah melakukan mogok makan terbuka selama 156 hari.
Menurut kantor berita WAFA Palestina, mengutip pengacara Awawdeh pada Senin (15/8), dia melakukan mogok makan selama berbulan-bulan sebagai protes atas penahanan administratifnya tanpa tuduhan atau pengadilan oleh rezim Israel.
Ketua Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan, Qadri Abu Baker, mengatakan, rezim Israel dan petugas penjara bertanggung jawab penuh atas nyawa Awawdeh, yang menderita kondisi kesehatan parah setelah mogok makan.
Juru bicara Komisi, Hasan Abed Rabbo, mengatakan kepada kantor berita WAFA bahwa kondisi kesehatan Awawdeh semakin buruk dari hari ke hari.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Dia menambahkan bahwa tahanan Palestina telah kehilangan lebih dari setengah berat badannya dan menderita kelemahan, nyeri sendi akut, sakit kepala, pusing parah, dan penglihatan kabur. Dia bahkan tidak bisa mengenali istrinya yang menjenguknya di rumah sakit.
Menurut pejabat Palestina, Awawdeh sekarang membutuhkan kursi roda untuk membantunya bergerak.
Pada hari Ahad (14/8), juru bicara Komisi mengatakan, Awawdeh telah mencapai tahap kritis setelah mogok makan yang lama dan dapat menghadapi konsekuensi kesehatan yang tidak dapat diubah setiap saat.
Klub Tahanan Palestina, yang mewakili mantan dan tahanan saat ini, mengkonfirmasi bahwa kondisi Awawdeh telah memburuk.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
“Dia berada dalam situasi yang mengancam jiwa,” kata Qadura Fares, kepala organisasi. Ia menambahkan, “Dia bisa mati kapan saja.”
Awawdeh, dari kota al-Khaili di Tepi Barat, ditangkap pada 27 Desember 2021. Dia melakukan mogok makan selama 111 hari sebelum menangguhkannya sesuai janji. Setelah janji-janji itu ternyata palsu, dia melanjutkan pemogokan, menuntut kebebasannya.
Israel mengeluarkan perintah untuk memperbarui penahanan administratifnya untuk jangka waktu empat bulan dari 26 Juni hingga 25 Oktober, meskipun kondisi kesehatannya sangat kritis. (T/RI-1/R2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza