Pengadilan Kamboja Perdengarkan Keterangan Pembantaian Muslim Cham

Nuon Chea dan Khieu Samphan, bekas petinggi Khmer Merah, rezim yang membunuh jutaan orang selama memerintah Kamboja (ECCC)
Nuon Chea dan Khieu Samphan, bekas petinggi Khmer Merah, rezim komunis yang membunuh jutaan orang selama memerintah (ECCC)

Phnom Penh, 3 Rabiul Akhir 1437/13 Januari 2015 (MINA) – Pengadilan Kamboja yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperdengarkan kesaksian kekejaman tentara pemerintah Khmer Merah pimpinan Pol Pot yang membantai perempuan Muslim dalam jumlah besar di negara itu.

Persidangan, Rabu (13/1), tersebut memperdengarkan keterangan saksi Math Sor, salah satu korban yang berhasil selamat dari kekejaman rezim Khmer Merah, yang memerintah Komboja selama 1975-1979.

Kesaksian perempuan ini merupakan keterangan mengerikan terbaru selama proses peradilan dua pemimpin papan atas rezim komunis itu, Nuon Chea, 89, dan Khieu Samphan, 84, The Express Tribune melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Nuon Chea, yang dikenal sebagai ‘kakak kedua’, dan Samphan, bekas kepala negara Kampuchea (Kamboja) didakwa berusaha menggenosida etnis Vietnam dan minoritas Muslim, melancarkan kawin paksa, dan melakukan pemerkosaan yang melibatkan Khmer Merah.

Kedua figur ini telah diganjar hukuman seumur hidup dalam sidang sebelumnya, yang berfokus pada kasus evakuasi paksa warga Phnom Penh ke kamp-kamp kerja pedesaan dan pembunuhan di lokasi eksekusi.

Sekitar 2 juta warga Kamboja tewas di bawah pemerintahan Khmer Merah (1975-1979), termasuk sekitar 100 ribu sampai 500 ribu Muslim suku Cham dan 20.000 warga Vietnam. Sebelum tuduhan tersebut diajukan, penganiayaan dua kelompok minoritas itu jarang dibahas.

Math Sor, yang beretnik Cham, masih remaja ketika rezim komunis itu berkuasa. Ia mengatakan kepada pengadilan dirinya ditangkap dengan sekitar 30 perempuan lain di desanya oleh para kader Khmer Merah dan diikat di sebuah rumah.

Sebanyak 20 tawanan, yang disebutnya memiliki orangtua Cham atau bukan orang Khmer sepenuhnya, diseret ke sebuah lubang berjarak beberapa meter dari rumah tempat mereka disekap.

“Saya mendengar jeritan ‘jangan perkosa saya’,” kata Math menceritakan peristiwa mengerikan yang ia saksikan. Perempuan yang mengenakan kerudung ini kehilangan delapan familinya, termasuk orangtua dan dua saudara perempuannya yang tengah hamil.

Beberapa saat setelah mereka diseret ke dekat lubang, lanjut Math, melalui celah dinding ia melihat para tentara Khmer Merah memenggal kepala puluhan perempuan tersebut.

“Para tentara juga memaksa Muslim Cham di desa saya untuk mengonsumsi daging babi, berbicara bahasa Khmer, dan memotong rambut mereka,” ungkapnya kepada Extraordinary Chambers in the Courts of Cambodia (ECCC).

Khmer Merah berusaha merukturisasi masyarakat moderen di Kamboja dalam upaya membentuk masyarakat agraria. Banyak pemimpin kunci rezim ini telah meninggal tanpa menghadapi peradilan, termasuk ‘kakak nomor satu’ Pol Pot yang meninggal pada 1998. (P022/R02)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)