Oleh: Yollanda Vusvita Sari, M.Pd.; Wakil Ketua Umum RANIA Turki, WNI tinggal di Ankara
Pada bulan Februari 2018 adalah pengalaman pertama saya terbang sendirian dan sangat jauh dari Indonesia ke Turki. Kepergian saya ke Ankara pada saat itu adalah menyusul suami yang sudah lebih dulu berangkat karena dia melanjutkan pendidikan doktoralnya di sana.
Berbekal pengalaman pribadi bepergian ke Malaysia dan China beserta panduan dari suami membuat saya percaya diri mampu menempuh perjalanan panjang ini sendirian.
Jarak tempuh Indonesia-Turki kurang lebih menghabiskan waktu sekitar 20 jam perjalanan dan sangat melelahkan karena waktu itu saya harus transit di tiga kota, yaitu Kuala Lumpur, Abu Dhabi dan Istanbul sebelum sampai di kota tujuan Ankara.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Setibanya di Ankara saya disambut dengan dingin dan segarnya cuaca pada saat itu karena bertepatan dengan akhir musim dingin. Kesan pertama saya terhadap Ankara adalah kotanya rapi, bersih dan tidak terlalu ramai.
Jalanan terlihat lengang tanpa kemacetan dan transportasi umum berjalan dengan baik. Penduduk Ankara selalu memaksimalkan transportasi umum seperti bis dan kereta subway dengan baik. Pada setiap sudut kota terdapat taman-taman umum yang hijau penuh dengan pepohonan dan bunga.
Setiap sore anak-anak dan orang tua sering berkumpul di taman saling bercengkrama satu sama lain. Udaranya juga bersih dan segar, setidaknya tidak banyak polusi asap kendaraan yang terhirup langsung. Model bangunannya juga unik, apartemen-apartemen tersusun rapi di setiap distrik di Ankara.
Aktivitas saya sekarang di Turki selain aktivitas rumah tangga seperti memasak dan membersihkan rumah adalah bersilaturahmi ke rumah masyarakat Indonesia di Turki. Masyarakat Indonesia di Ankara ini terdiri dari berbagai latar belakang seperti staf kedutaan besar, pekerja, mahasiswa dan komunitas gelin (perempuan Indonesia yang menikah dengan pria Turki). Biasanya komunitas gelin saling berbagi resep makanan nusantara dan berdiskusi tentang cara memasak dengan bumbu-bumbu masakan yang terbatas di Turki.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Banyak makanan yang biasanya dikonsumsi oleh orang Indonesia seperti tahu, tempe, santan dan kecap manis tidak tersedia di pasar Turki. Kondisi ini membuat kita harus menjadi lebih kreatif untuk bisa membuat masakan Indonesia dengan bahan-bahan yang ada.
Jika memang waktunya terbatas, biasanya kita bisa membeli langsung dari gelin yang menjual bahan makanan tersebut. Selain itu di musim panas, komunitas gelin akan berkumpul di taman sembari piknik menikmati pemandangan bunga yang bermekaran.
Kunjungan Wisata Bersejarah di Turki
Turki adalah salah satu negara pariwisata terkemuka di dunia dengan pemandangan yang indah dan warisan sejarah yang kaya. Kondisi seperti ini yang menjadikan Turki sebagai primadona wisatawan mancanegara.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Ada banyak destinasi wisata di Turki yang berhubungan dengan sejarah kekaisaran Ottoman termasuk Hagia Sophia, Istana Dolmabahçe, Istana Topkapı dan Masjid Biru Sultan Ahmet. Selain itu ada juga wisata sejarah peninggalan dinasti Bizantium yaitu kekaisaran Romawi Timur yang hadir sebelum Ottoman terbentuk.
Peninggalan bangunan dari kejayaan Bizantium juga bisa kita kunjungi di berbagai kota di Turki seperti Teater Aspendos di Antalya, Basilica Cistern di Istanbul dan kota kuno Ephesus di Izmir.
Sudah dua tahun saya tinggal di Turki, ada beberapa tempat wisata yang sudah dikunjungi dan membawa kesan istimewa bagi saya. Tempat pertama adalah Hagia Sophia, salah satu monumen paling signifikan dalan sejarah arsitektur Turki. Tempat ini adalah salah satu museum yang paling banyak dikunjungi di seluruh Turki dan termasuk ke dalam situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1985.
Sebelum masuk ke dalam Hagia Sophia kita harus menunggu antrian untuk mendapatkan karcis masuk. Hagia dulunya adalah sebuah masjid warisan dari zaman Ottoman yang unik karena sebelumnya difungsikan sebagai gereja di era Bizantium.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Kesan pertama masuk Hagia Sophia memunculkan rasa kekaguman ketika melihat banyak seni arsitektur yang luar biasa. Tulisan Kaligrafi “Allah” dan “Muhammad” di mimbar utama dan ditengah kubahnya terdapat lukisan Bunda Maria yang sedang menggendong bayi Jesus menambah keantikan bangunan ini.
Setiap sudut memiliki dekorasi yang indah dari potongan sejarah sebagai masjid terbesar di era Ottoman. Kubahnya masih berdiri dengan kokoh, mengingat usianya yang dibangun sekitar abad keenam masehi.
Beberapa seni mosaik yang berasal dari zaman Bizantium dilestarikan di lantai kedua. Lantai atas dicapai dengan tangga marmer yang tinggi dengan batu yang tidak rata sehingga tidak cocok untuk kereta bayi ataupun kursi roda. Mosaik-mosaik dari tradisi Kristen menggambarkan gambar Jesus, para muridnya dan malaikat-malaikat. Dari lantai atas pun kita akan mendapati view ruang utama yang sangat indah. Sungguh luar biasa untuk percaya bahwa bangunan ini telah berdiri dalam periode waktu yang begitu lama.
Pengalaman kedua adalah mengunjungi teater kuno Aspendos di Antalya. Teater ini dibangun pada abad kedua masehi, pada masa pemerintahan Kaisar Romawi Marcus Aurelius (161-180 M) oleh arsitek bernama Zeno.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Teater yang memiliki kapasitas 12 ribu orang ini dikunjungi banyak wisatawan domestik dan mancanegara setiap tahunnya. Sekarang teater kuno Aspendos sudah direnovasi lengkap dengan kedai untuk membeli makanan ringan dan minuman, toko untuk berburu suvenir dan fasilitas toilet bersih untuk pengunjung. Sebelum sampai ke Aspendos, kita harus menempuh perjalanan cukup jauh dari pusat kota Antalya yaitu sekitar dua jam dengan dua kali ganti angkutan umum.
Menemani perjalanan kita akan disuguhi pemandangan desa yang indah dilengkapi dengan perkebunan jeruk yang hijau.
Lebaran Lockdown di Ankara
Awal pertama diberlakukannya lockdown di Turki pada pertengahan April yang lalu cukup membuat kami kaget. Bagaimana tidak, pengumuman lockdown diumumkan dua jam sebelum berlaku di malam itu. Hal itu menyebabkan banyak orang terkejut termasuk kami yang belum mempersiapkan bahan makanan untuk dua hari ke depan. Kondisi seperti ini membuat panik yang menyebabkan orang-orang keluar rumah dan mengabaikan social distancing.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Beberapa minimarket yang sudah tutup tiba-tiba harus membuka lagi pintunya untuk memenuhi kebutuhan warga. Kebijakan lockdown ini muncul karena jumlah warga Turki yang positif maupun yang meninggal karena virus corona meningkat.
Setelah kebijakan pertama, selanjutnya pemerintah Turki memberlakukan lockdown bertahap dua hari menjadi empat hari di setiap akhir pekan. Kemudian, pemerintah juga memberikan pengumuman lebih awal di televisi, termasuk mengatur dengan detail kapan waktu beroperasinya minimarket yang menyediakan bahan makanan. Selama masa lockdown setiap warga diperbolehkan untuk belanja di minimarket sekitaran rumah tetapi dilarang bepergian jauh menggunakan bus umum atau mobil pribadi.
Pengalaman lebaran di Turki tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Kita diharuskan berlebaran di rumah karena pemerintah Turki menetapkan kebijakan lockdown selama 4 hari libur Idul Fitri dari tanggal 23-26 Mei. Di Turki hari raya Idul Fitri tidak dirayakan seramai di Indonesia.
Biasanya warga negara Indonesia melaksanakan shalat Ied di KBRI Ankara. Setelah shalat Ied, kita bisa menikmati makanan khas Indonesia yang telah disiapkan oleh juru masak KBRI, sembari saling bercengkerama dan bersilaturahim antar warga Indonesia.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Pada tahun ini karena shalat Ied dan lebaran dilakukan di rumah masing-masing, maka KBRI Ankara berinisiatif untuk membagikan paket masakan khas lebaran ke semua WNI yang ada di Ankara termasuk mahasiswa yang tinggal di asrama.
Paket yang dibagikan berupa masakan siap santap seperti opor ayam, sambal kentang ati, semur dan pempek. Semua mahasiswa dan WNI sangat senang menyambut inisiatif dari KBRI Ankara tersebut. Walaupun tidak bisa berkumpul bersama merayakan lebaran Idul Fitri, setidaknya setiap mahasiswa bisa berlebaran dengan teman-teman di asrama atau rumahnya ditemani dengan masakan khas Indonesia.
Harapan saya semoga wabah corona ini cepat berlalu dan segera normal kembali kehidupan di Turki. Semoga pada lebaran tahun depan, kita semua bisa merayakannya dengan normal kembali. Semua warga Indonesia di Ankara bisa bersama-sama merayakan shalat Ied di KBRI Ankara dan berkumpul lagi bersama, aamiin. (AK/R1/RI-1)
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Mi’raj News Agency (MINA)