London, MINA – Salah satu alasan mengapa kedudukan politik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetap rapuh adalah bahwa hubungannya dengan mitra koalisinya begitu sering dirusak oleh ketidakpercayaan, kata Colin Shindler, seorang sarjana Israel terkemuka di Universitas SOAS London.
Netanyahu tetap berkuasa sebagai perdana menteri Israel selama 12 tahun berturut-turut, sebagian dengan meyakinkan pemilihnya bahwa hanya dia yang dapat menjaga keamanan negara Yahudi sambil mempertahankannya di panggung dunia, Nahar Net melaporkan, Ahad (14/3).
Namun pada 23 Maret nanti, politisi cerdik berusia 71 tahun itu menghadapi kontes pemilihan umum ulang keempatnya dalam waktu kurang dari dua tahun, setelah berulang kali gagal menyatukan koalisi di belakangnya, meskipun basis sayap kanannya setia.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa politisi yang selamat ini, Bibi -panggilan akrabnya- dapat kembali berjuang untuk membentuk mayoritas parlemen dengan minimal 61 kursi yang diperlukan.
Baca Juga: Abu Ubaidah: Tentara Penjajah Sengaja Bombardir Lokasi Sandera di Gaza
Sejak terakhir Israel pemilu setahun yang lalu, dukungan untuk Likud pimpinan Netanyahu menurun, meskipun mencapai perjanjian normalisasi bersejarah dengan empat negara Arab dan meluncurkan kampanye vaksinasi Covid-19 yang mengalahkan dunia, membuat iri banyak negara.
“Anda mempercayai orang sejauh Anda dapat menggunakannya, karena Anda dapat berpura-pura menjalin persahabatan dan aliansi dengan mereka,” kata Shindler, penulis “The Rise of the Israel Right: dari Odessa ke Hebron”.
“Tetapi pada akhirnya keyakinan inti Anda adalah melindungi diri Anda sendiri dan bertahan hidup,” kata Shindler. “Begitulah cara saya memandang Netanyahu.”
Namun meskipun menjadi perdana menteri Israel pertama yang didakwa saat menjabat atas tuduhan korupsi yang dia bantah, Netanyahu mungkin akan selamat dari kotak suara lagi. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Al-Qasam Rilis Video Animasi ”Netanyahu Gali Kubur untuk Sandera”
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tentara Cadangan Israel Mengaku Lakukan Kejahatan Perang di Gaza