Ramallah, MINA – Pengawal Nasional Israel yang akan segera dibentuk adalah “alat baru untuk kekerasan pemukim”, kata pengamat Palestina.
Hal ini dikatakannya sebagai reaksi atas kesepakatan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, yang akan memungkinkan pembentukan pasukan baru.
Menurut kesepakatan itu, Ben-Gvir akan menarik penentangannya terhadap reformasi peradilan Netanyahu yang memicu protes luas di Israel. Sebagai gantinya, pemerintah Netanyahu akan menyetujui pembentukan pasukan ‘Pengawal Nasional’ di bawah kendali Kementerian Keamanan Nasional, sehingga di bawah kendali pribadi Ben-Gvir.
Ben-Gvir sebelumnya mengeluh tentang kurangnya tanggapan atas arahannya oleh pasukan keamanan Israel dalam menekan protes Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem, dengan alasan perlunya pasukan khusus di bawah kendali Kementerian Keamanan, The New Arab melaporkan, Kamis (30/3/2023).
Baca Juga: Sebanyak 1.000 Dokter dan Perawat Gugur akibat Agresi Israel di Gaza
Meskipun ‘Pengawal Nasional’ secara resmi ditujukan terutama pada penduduk Palestina di Israel, aktivis sipil Palestina yang menentang permukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki menyatakan ketakutan mereka bahwa pasakan itu akan digunakan juga terhadap orang-orang Palestina di wilayah pendudukan.
“Ini adalah cetak biru reorganisasi berbagai milisi Zionis menjadi satu tentara selama Nakba 1948,” kata Jamal Jumaa, koordinator akar rumput Palestina “Stop The Wall”, sebuah kampanye anti-permukiman, kepada The New Arab.
“Ben-Gvir sendiri adalah seorang pemukim. Dukungan utamanya berasal dari para pemukim di Tepi Barat, yang bertekad untuk mengambil alih seluruh Tepi Barat dan mencaploknya ke Israel,” kata Jumaa.
“Apa yang terjadi di Hawara beberapa minggu lalu hanyalah sebuah contoh dari apa yang bisa terjadi dalam skala yang lebih besar dengan kekuatan reguler para pemukim ekstrimis, yang didukung oleh negara,” tambahnya.
Baca Juga: Netanyahu Kembali Ajukan Penundaan Sidang Kasus Korupsinya
“Lembah Yordan, Yerusalem timur, dan Masafer Yatta akan menjadi daerah yang paling terkena dampak, karena warga Palestina sudah menghadapi agresi pemukim di sana setiap hari,” tambahnya.
Pada akhir Februari, sekitar 400 pemukim Israel menyerang kota Palestina Hawara, selatan Nablus, menewaskan seorang warga Palestina, melukai puluhan lainnya serta membakar 30 rumah dan 90 mobil. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)