Jakarta, Selasa 9 Rabi’ul Akhir 1437/19 Januari 2016 (MINA) – Pengamat politik Timur Tengah yang berbasis di Jakarta, Hamdan Basyar mengatakan, pencabutan sanksi ekonomi terhadap Iran membuat negara itu semakin percaya diri.
“Dengan berakhirnya sanksi ekonomi Iran, maka secara otomatis berakhir pula masa embargo terhadap Iran, aset-aset yang tadinya dibekukan kembali bisa digunakan, hal ini membuat Iran semakin percaya diri dalam mengembangkan negerinya baik dari segi ekonomi maupun politiknya,” ujar Hamdan kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melalui telepon, Selasa (19/1).
Terbuti paska dicabutnya sangsi tersebut Iran segera mengambil langkah cepat dalam menarik minat investor asing dan meningkatkan ekspor minyak dan gas maupun non migas.
“Kami akan menarik investasi asing sebanyak 50 miliar dolar AS,” tegas Presiden Iran Hassan Rouhani pada Ahad (17/1) lalu.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Tidak sampai di situ Iran pun segera memborong 114 pesawat penumpang dari perusahaan pesawat Airbus dalam memenuhi kebutuhan penerbangan domestik maupun internasional negeri itu.
Pencabutan sanksi ekonomi Iran adalah buah dari kesepakatan pada bulan Juli tahun lalu dengan kekuatan dunia, yang mengharuskan Iran berhenti mengembangkan nuklirnya.
Di lain pihak, Israel adalah negara paling “kebakaran jenggot” pascapencabutan sanksi ekonomi Iran. Iran di anggap akan menjadi lawan tanding baru dalam pergulatan ekonomi internasional.
Menurut Hamdan, jika Iran telah memperoleh kebebasan ekonomi dan politik luar negerinya, maka ia akan semakin kuat dan ini berdampak buruk bagi Israel, karena dari segi ekonomi, politik maupun pertahanan mereka berdua akan bersaing.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Pengamat dari LIPI itu menambahkan, sangat mungkin bagi Iran untuk membantu negara tetangganya yang masih terlibat konflik penjajahan Israel, yakni Palestina. (L/Rzk/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu