Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengamat: Perang di Timteng Agenda Strategis AS Menabur Kekacauan

Ali Farkhan Tsani - Kamis, 11 Februari 2016 - 22:26 WIB

Kamis, 11 Februari 2016 - 22:26 WIB

379 Views

as-press-300x169.jpg" alt="pengamat as press" width="300" height="169" />Washington, 3 Jumadil Awwal 1437/11 Februari 2016 (MINA) – Pengamat geopolitik Timur Tengah asal Amerika Serikat (AS) Eric Draitser menyatakan bahwa perang yang melanda sejumlah negara di kawasan Timur Tengah merupakan agenda strategis yang dicanangkan AS untuk menabur kekacauan di kawasan itu.

Draitser yang juga pendiri media Stop Imperialism menyebutkan contoh bagaimana Washington mendukung penuh serangan militer koalisi Arab ke Yaman, media Tsenews Selasa (8/2) lalu melaporkan.

“Intervensi militer Arab ke Yaman adalah bagian dari agenda geopolitik dan strategis yang luas bagi AS untuk menabur kekacauan dan konflik di Timur Tengah,” ujarnya.

Ia menambahkan, semua itu adalah bagian dari agenda geopolitik dan strategis AS untuk kawasan itu. Negara itu sangat membutuhkan cara untuk melanjutkan kekacauan, apakah itu dalam bentuk perang atau dalam bentuk peningkatan terorisme.

Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris

Yaman telah berada dalam serangan udara oleh koalisi Arab yang dipimpin Saudi sejak 26 Maret tahun lalu. Serangan bertujuan untuk melemahkan gerakan Houthi dan membawa mantan presiden Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi, kembali berkuasa.

Pemerintahan Obama telah menyetujui pembagian AS yang menargetkan intelijen, kemampuan pengisian bahan bakar udara dan sistem senjata baru untuk mendukung serangan itu, ia menganalisis.

Namun, meskipun AS memberikan dukungan militer secara penuh, hubungan dengan Arab Saudi ia prediksi akan menjadi semakin buruk di tengah isolasi internasional terhadap Riyadh dan meningkatnya ketidakstabilan domestik.

Ia menyebutkan contoh bagaimana mantan Duta Besar AS untuk Riyadh, Charles W. Freeman Jr, yang pernah mengatakan kepada Los Angeles Times bulan lalu, “Kami telah melihat penurunan panjang dalam hubungan AS-Saudi, dan itu dimulai jauh sebelum pemerintahan Obama”.(T/P4/R05)

Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Israel Caplok Golan, PBB Sebut Itu Pelanggaran

Rekomendasi untuk Anda

Amerika
Dunia Islam
Amerika
Indonesia
Dunia Islam