Jakarta, 13 Syawal 1434/19 Agustus 2013 (MINA) – Pengamat perpolitikan Mesir Ibrahim Rantau mengatakan, peta konflik di Mesir sudah berubah dan nampaknya Mesir kemungkinan kembali ke rezim lama menyusul keputusan pengadilan Kairo yang membebaskan mantan Presiden Husni Mubarak terkait dakwaan banyak kejahatan.
“Peta konflik di Mesir sudah mulai berubah, yang awalnya adalah pertentangan pihak nasionalis liberalis dengan Islam, menjadi pihak rezim militer yang dulu berada di bawah Mubarak dengan pro Revolusi 2011,” kata Ibrahim dalam sebuah wawancara dengan MINA (Mi’raj News Agency), Senin (19/8).
Pengadilan pidana Kairo pada hari ini (19/8) memutuskan ‘membersihkan’ nama Mubarak dari dakwaan korupsi uang negara yang disinyalir dipakai untuk kepentingan pribadinya, yang melibatkan dua putranya Alaa dan Gamal, di mana pengadilan tetap menentukan mereka berdua dalam penahanan.
Di samping korupsi 1,1 miliyar pound Mesir, Mubarak juga di dakwa bertanggung jawab terhadap pembunuhan lebih dari 800 demonstran yang menentangnya dalam revolusi 2011 lalu yang kini masih dalam penundaan sidang.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Menurut Ibrahim yang pernah tinggal lama di Mesir, ada dua skenario yang mungkin terjadi terkait pembebasan Mubarak hari ini. Pertama, akan memancing kembali munculnya gerakan revolusi seperti pada tahun 2011 yang menuntut penggulingan Mubarak sebagai presiden. Kedua, bisa jadi tidak ada gerakan apapun sama sekali, karena masyarakat mungkin sudah lelah dengan berbagai hal yang terjadi di Mesir, di mana masyarakat mulai pesimis meskipun mereka ingin kebebasan dari rezim.
Revolusi Januari 2011
Awal 2011, terinspirasi gerakan revolusi di Tunisia, ribuan warga turun ke jalan-jalan menuntut pengunduran diri Mubarak. Warga yang melakukan aksi di berbagai daerah di Kairo menginginkan adanya undang-undang yang mencegah seorang presiden berkuasa lebih dari dua periode.
Aksi yang berlangsung 18 hari itu membuat ratusan warga meninggal dunia dan ribuan lainnya luka-luka serta sebagiannya ditangkap aparat keamanan.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Lebih dari sepekan didemo rakyatnya, Mubarak mengatakan, dirinya ingin mengakhiri jabatannya sebagai Presiden Mesir dalam suasana damai, tanpa kekerasan.
“Saya menginginkan suasana damai dalam transisi kepemimpinan di Mesir,” ujar Mubarak yang dipancarluaskan lewat media televisi.
Pernyataan ini masih tidak membuat publik puas, karena rakyat ingin Mubarak mengundurkan diri, aksi semakin ramai dengan makin banyak warga yang turun ke jalan-jalan, stasiun TV memperlihatkan warga mengepung istana kepresidenan dan memperketat barikade.
Hingga pada malam harinya, Wakil Presiden Mesir Omar Suleiman pada waktu itu akhirnya mendeklarasikan kemunduran Mubarak sebagai presiden di Mesir yang disambut sorak sukacita para demonstran di lapangan hingga akhirnya warga Mesir mengenang hari itu dengan Revolusi Januari 2011.(L/P03/P02)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah