Gaza, MINA – Pengamat politik Timur Tengah, Zaakir Ahmed Mayet mengatakan, serangan Israel terbaru di Gaza adalah upaya putus asa menyatukan kembali para pemukim usai selama berbulan-bulan melakukan demonstrasi.
Mayet mengatakan, agresi terbaru Israel di Jalur Gaza adalah “penghibur orang banyak” mengingat Israel terjebak dalam kerusuhan domestik selama berbulan-bulan sejak kabinet ekstrimis dan sayap kanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengambil alih.
“Pertempuran dapat mempersatukan rakyatnya khususnya sekarang; ini penting ketika Israel sangat terpecah di tingkat domestik, mereka membutuhkan titik temu, dan perang berfungsi sebagai kesenangan orang banyak; tidak ada yang menyatukan masyarakat Israel lebih dari pertumpahan darah warga Palestina,” ujar Mayet dikutip dari Press TV, Ahad (14/5).
Pada Selasa kemarin, Israel melancarkan rentetan serangan mematikan di Jalur Gaza di tengah demonstrasi anti-Netanyahu selama berbulan-bulan.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Serangan gencar berakhir 5 hari kemudian, tepatnya pada Sabtu ketika gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir mulai berlaku.
Agresi Israel di wilayah yang terkepung menyebabkan lebih dari 33 warga Palestina, termasuk 6 anak-anak, tewas dan 150 lainnya luka-luka. Korban tewas juga termasuk beberapa komandan Jihad Islam.
Gerakan perlawanan Palestina menembakkan roket ke kota-kota dan pemukiman Israel sebagai pembalasan atas serangan Israel, memaksa pemukim untuk melarikan diri dari pemukiman.
Menurut militer Israel, lebih dari 1.000 roket telah ditembakkan dari Jalur Gaza.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Eskalasi tersebut menandai episode pertempuran terburuk antara faksi perlawanan Gaza dan rezim Israel sejak perang 10 hari pada tahun 2021.
Mayet mengatakan, Israel terus melakukan serangan di Jalur Gaza untuk “mempertahankan kapasitas pencegahannya” dan menciptakan persepsi bahwa Israel mampu berperang melawan Palestina.
“Namun, apa yang telah berubah dalam beberapa tahun terakhir adalah bahwa ruang manuver Israel telah menyempit karena penyatuan front [perlawanan],” tambahnya.
Dia mengatakan, pelanggaran apa pun di seluruh wilayah pendudukan tidak akan dibiarkan begitu saja, yang pada akhirnya akan menguras kemampuan Israel.(T/R2/R1)
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian