Maryland, 8 Sya’ban 1435/7 Juni 2014 (MINA) – Seorang pengamat dan komentator politik menyerukan negara-negara dunia membentuk blok regional untuk melawan rencana agresif Amerika Serikat (AS), khususnya menghadapi desakan yang disampaikan Menteri Pertahanan AS kepada sekutu-sekutunya negara-negara anggota NATO untuk menaikkan anggaran militer mereka.
“Kami hanya bisa berharap agar seluruh dunia menciptakan blok strategis mereka masing-masing dalam solidaritas dan kesatuan sebagai benteng untuk menghentikan dominasi perambahan global AS,” kata penulis dan aktivis sosial di Maryland, Amerika Serikat, Solomon Comissiong kepada Press TV, Kamis (5/6) sebagaimana yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Telah dilaporkan bahwa Menteri Pertahanan Chuck Hagel mendesak sekutu NATO pada Selasa, agar menaikkan anggaran pertahanan militer mereka akibat krisis politik yang sedang berlangsung di Ukraina, ia mengatakan pengurangan belanja militer dapat menimbulkan ancaman besar bagi masa depan aliansi.
Seruan Hagel untuk kontribusi keuangan yang lebih besar muncul di saat beberapa negara anggota NATO terus memangkas anggaran militernya, sebuah langkah yang memaksa AS untuk berkontribusi lebih banyak untuk menjaga aliansi. “NATO cukup banyak berfungsi sebagai koleksi mewakili militer AS,” kata Comissiong. Menurutnya, saran Hagel kepada sekutu untuk meningkatkan pengeluaran militer agak “menggelikan”.
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
“Sebuah negara seperti Amerika Serikat menghabiskan lebih banyak uang pada pengeluaran militer, lebih banyak uang untuk perang dari pada setiap negara lain dan pemimpin di dunia,” katanya.
Dia mencatat, sikap “gila perang” adalah cara untuk menciptakan keuntungan bagi perusahaan-perusahaan indutri alat pertahanan utama AS, yang memasok “menu” (peralatan perang-red) bagi perang AS di seluruh dunia.
“AS memiliki sejmlah perusahaan besar, seperti Lockheed Martin, Boeing, Northrop, Grumman dan General Electric yang menyebutkan bahwa keuntungan yang mereka raih sebagai kontraktor alutsista (alat utama sistem kesenjataan-red) masuk dalam pos pembukuan “keuntungan pertahanan”, padahal sebenarnya keuntungan dari agresi dan perang,” ujar Comissiong.
Pengamat yang mengajar di Universitas Maryland itu mengatakan, jika sekutu NATO mematuhi himbauan Hagel untuk meningkatkan pengeluaran militer, Amerika memiliki cara tertentu untuk lebih menanamkan dominasinya di dunia, dan perusahaan Amerika akan lebih banyak mendapat keuntungan.
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan
“Kita bisa menduga aahwa jika negara-negara sekutu AS dalam NATO, meningkatkan anggaran militer mereka, tidak hanya akan menguntungkan AS dalam kampanyenya untuk mendominasi dunia, tetapi itu juga akan menguntungkan perusahaan-perusahaan besar ini dengan meningkatnya penjualan alutsisa yang mereka produksi,” tambahnya. (T/P09/EO2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Puluhan Anggota Kongres AS Desak Biden Sanksi Dua Menteri Israel