Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengorbanan Isteri yang Sering Tidak Disadari Suami

Bahron Ansori - Jumat, 25 September 2015 - 12:18 WIB

Jumat, 25 September 2015 - 12:18 WIB

2630 Views

pasangan-muslim2Oleh: Bahron Ansori, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Diakui atau tidak, terkadang lelaki (suami) merasa lebih baik di segala segi dibanding wanita (isteri). Akibatnya, lahirlah sikap dan sifat mau menang sendiri dan berkuasa  dalam berbagai hal.

Isteri, seolah-olah hanya menjadi pelengkap rutinitas dalam kehidupan rumah tangga. Apakah hal itu dibenarkan atau tidak, semua berpulang kepada bagaimana komitmen awal menata rumah tangga itu sendiri.

Yang jelas, seorang isteri memang wanita lemah. Tapi, dengan atribut kelemahannya itulah justeru seorang isteri banyak memberikan pengorbanan yang sering kali tak disadari oleh seorang suami.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-14] Tidak Halal Darah Seorang Muslim

Isteri, adalah anugerah terindah bagi seorang suami. Dengan segala kelebihan dan kekurangnanya, seorang isteri tetaplah ibarat malaikat penolong bagi keberlangsungan hidup seorang suami. Bayangkan bila ia tak ada di rumah? Tentu  suasana rumah menjadi sepi, sunyi, senyap dan seolah tak ada kehidupan. Yah, itulah pentingnya keberadaan seorang isteri bagi seorang suami.

Dalam tulisan ringkas ini akan dipaparkan beberapa pengorbanan seorang isteri yang terkadang atau sama sekali tidak disadari oleh seorang suami, antara lain sebagai berikut.

Pertama, ketika suaminya menikah lagi dan perempuan berusaha menerima (karena alasan ekonomi, agama atau apapun), ia akan terduduk dan tunduk seorang diri di setiap malam dalam gelap kamar saat suaminya tengah mesra dengan seorang perempuan lain (isteri kedua) di ranjang lain. Ia mungkin akan menangis pilu karena terluka, tapi demi anak-anak, ia akan tetap berusaha menerimanya dengan sabar.

Inilah pengorbanan pertama seorang isteri yang terkadang tidak pernah mau disadari seorang suami. Dengan mengatasnamakan Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, menikah untuk kedua kali seolah menjadi pilihan yang harus diambil. Pernahkah ia berfikir bahwa saat ia menikah lagi itu perasaan isterinya hancur berkeping-keping? Tapi, atas nama ketaatan kepada suami, ia ‘merelakan’ suaminya menikah lagi.

Baca Juga: Tahun 1930 Tiga Pelajar Indonesia Syahid di Palestina

Kedua, sebagai isteri ia siap mengorbankan impian-impiannya demi mengurus suami (yang kadang bersifat kekanak-kanakan dan selalu minta dilayani) juga anak-anak yang kadang bandel. Sebelum menikah, biasanya seorang isteri itu mempunyai cita-cita ini dan itu untuk masa depannya. Tetapi ketika ia sudah menikah, maka jangankan berfikir untuk meraih cita-citanya, untuk melayani suami dan mengurus anak-anaknya saja waktunya sudah habis.

Itu artinya, seorang isteri rela mengorbankan apa yang sudah menjadi impian dan cita-citanya sejak ia menjadi seorang istri. Namun demikian, tak bisa dipungkiri banyak juga wanita yang setelah menikah tetap bisa meraih impian dan cita-citanya walau pun harus ada yang ia korbankan antara mengurus anak dan suami secara full di rumah tanpa menyerahkannya kepembantu atau menitipkan anak-anaknya ke pembantu demi meraih impiannya.

Ketiga, ketika suami mencela masakannya, biasanya seorang isteri akan bersusah payah belajar masak dari siapa pun untuk bisa menghidangkan makanan dengan cita rasa terbaik kepada suami dan anak-anaknya. Ya, begitulah pelayanan seorang isteri yang kadang tak mau disadari oleh seorang suami. Sudah berjam-jam masak di dapur, ternyata setelah masakannya jadi malah dicela oleh suami mungkin karena hanya kurang garam atau pedas.

Meski kecewa akibat masakannya dicela suami, tapi isteri tersebut tetap saja ingin menampilkan hasil masakan terbaiknya dengan cara belajar dari sumber manapun. Bagi seorang isteri, memasak masakan yang membuat suami senang adalah sebuah prestasi dan kepuasan batin tersendiri. Suami yang shalih, tentu lebih faham bagaimana harus menyampaikan nasihat jika masakan isterinya kurang enak agar isteri merasa pengorbanannya tidak sia-sia.

Baca Juga: Catatan Pilkada 2024, Masih Marak Politik Uang

Keempat, seorang isteri bekerja selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Jam kerjanya tak berbatas. Ia bangun ketika seisi rumah belum bangun. Lalu ia mulai bekerja, memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyiapkan segala keperluan suami sebelum pergi kerja, mengurus anak-anak untuk berangkat ke sekolah, ketika pakaian kering di jemuran ia akan mengangkatnya dan menyetrika dengan rapi.

Coba dibalik, andai sehari semalam saja suami yang bekerja selama 24 jam sehari, apakah ia akan mampu sesabar dan selihai isterinya? Banyak fakta menujukkan saat seorang isteri sedang sakit, lalu pekerjaan rumah tangga harus beralih ke suami, maka ia tetap saja tak mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga laiknya isterinya. Itu artinya, perngorbanan seorang isteri  jauh lebih besar, namun sayang tidak setiap suami mau memahami pengorbanan isterinya.

Kelima, lalu, setelah seharian isterinya lelah bekerja, maka saat malam tiba, isteri harus memenuhi keinginan suaminya. Di sinilah luar biasanya seorang isteri. Selain menjadi tukang masak, cuci dan setrika, ia juga harus menjadi pembantu rumah tangga plus wanita penghibur bagi suaminya. Semua itu ia rangkum menjadi satu dalam dirinya. Subhanallah, inilah pengorbanan seorang isteri yang sangat luar biasa yang harus diketahui oleh setiap suami.

Adakah manusia di muka bumi ini yang mempunyai lebih dari satu profesi seperti  seorang isteri? Karena mulianya menjadi isteri dan ibu rumah tangga itulah, maka Islam sangat menghargai setiap wanita yang sudah ‘mewaqafkan’ seluruh hidupnya untuk menjadi pelayan yang bisa memenuhi kebutuhan suami dan anak-anaknya.

Baca Juga: Masih Kencing Sambil Berdiri? Siksa Kubur Mengintai Anda

Keenam, ketika suaminya menginginkan punya anak 4,5,6 atau 9 orang, ia sebagai isteri harus siap menderita mengandung anak dan bertarung nyawa melahirkannya. Suami kadang tidak terlalu paham penderitaan seperti itu karena mereka tidak mengalaminya. Maka wajar dalam beberapa keterangan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah mengatakan bahwa seorang isteri yang melahirkan anaknya lalu ia meninggal dunia, maka ia termasuk syahid dan memasukkanya ke dalam surga.

Bagi isteri yang setia bekerja mengurus rumah tangganya, dengan sabar dan ikhlas, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala mempersilahkannya masuk surga dari pintu mana saja yang ia sukai. Karena itu, sebagai suami sejatinya pria menjadi suami yang bijaksana, jangan biarkan isteri-isteri kita terus-menerus berada dalam penderitaan dan kesedihan berkepanjangan karena keawaman lelaki pada syariat Islam ini. Teruslah belajar untuk menambah ilmu dien ini sehingga kita bisa lebih pandai menyelami perasaan isteri.(R02/R01)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-13] Mencintai Milik Orang Lain Seperti Mencintai Miliknya Sendiri

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah