Khartoum, MINA – Penguasa militer Sudan memerintahkan kantor Jaringan Media Al Jazeera di Khartoum untuk ditutup, tanpa memberikan alasan apa pun.
Keputusan itu juga termasuk penarikan izin kerja bagi koresponden dan staf jaringan kantor berita yang bermarkas di Qatar itu.
Penutupan Kamis (30/5) itu seiring penyebutan oleh pemerintah bahwa sebuah kamp protes di ibu kota sebagai ancaman bagi keamanan nasional negara itu.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, seorang juru bicara Dewan Militer Transisi mengancam, tindakan hukum akan diambil terhadap apa yang disebutnya “unsur-unsur yang tidak dapat diatur” di perkemahan di luar Kementerian Pertahanan, tempat para pemrotes telah melakukan aksi duduk selama berpekan-pekan.
Baca Juga: Dua Tentara PBB Tewas dalam Bentrokan di Kongo
“Lokasi protes telah menjadi tidak aman dan merupakan bahaya bagi revolusi dan kaum revolusioner, dan mengancam koherensi negara dan keamanan nasionalnya,” kata Jenderal Bahar Ahmed Bahar, Kepala Wilayah Pusat di Khartoum.
Dia mengatakan, kendaraan militer yang digunakan oleh Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter telah diserang dan direbut di dekat perkemahan.
Lokasi di luar Kementerian Pertahanan telah menjadi titik sentral gerakan protes Sudan, yang melihat tumbangnya Presiden Omar Al-Bashir. Sejak itu pemrotes menyerukan para jenderal yang menggantikannya untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan yang dipimpin warga sipil. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Trinidad dan Tobago Umumkan Keadaan Darurat Pembunuhan
Mi’raj News Agency (MINA)