Calais, Prancis, 7 Safar 1437/19 November 2015 (MINA) – Serangan Paris pada Jumat pekan lalu membuat pengungsi Muslim di kamp Calais, Prancis, dilanda rasa takut terhadap tumbuhnya reaksi islamofobia.
Namun pengungsi yang berjumlah ribuan, turut menyatakan berduka teruntuk para korban serangan, dan mereka menyebut penyerang bukanlah Muslim.
“Kami menangis untuk Perancis malam itu,” kata seorang pengungsi, Dulbar Karem, seraya duduk di rumah kontainernya memangku putrinya berusia 11 tahun. “Kami tidak tidur.”
Dua bulan lalu, Karem meninggalkan Kurdistan, Irak, bersama tujuh anggota keluarganya. Dia menegaskan Islamic State (ISIS) yang bertanggungjawab atas serangan Paris, tidak mewakili agamanya.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
“ISIS bukan Muslim,” katanya, Al Jazeera melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA). “Muslim tidak membunuh. Al-Quran tidak pernah mengajarkan untuk membunuh.”
Beberapa malam lalu, sekitar 200 orang berkumpul di kamp tenda, melakukan kegiatan untuk mengenang korban serangan Paris. Penghuni kamp dari semua bangsa bertemu, berpegangan tangan dalam dua lingkaran selama tiga menit mengheningkan cipta.
“Sebagian memberi pesan perdamaian dan harapan, tetapi ada juga banyak permintaan maaf dari anggota masyarakat Muslim,” kata Abby Evans yang menjalankan vaksinasi di klinik Hands International dan turut menghadiri acara tersebut.
“Mereka tidak meminta maaf untuk diri mereka sendiri,” kata Joe Murphy dari teater Good Chance yang membantu mengatur peringatan tersebut. “Mereka benar-benar ingin menekankan bahwa ‘kami bukan mereka (ISIS)’ ini bukan Islam.” (T/P001/P4)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)