Baghdad, 1 Rajab 1436/20 April 2015 (MINA) – Warga Irak yang menyelamatkan diri dari pertempuran antara ISIS dengan pasukan pemerintah mengatakan, mereka dicegah memasuki ibukota Baghdad, sehingga terdampar di luar Baghdad.
Beberapa warga Irak dari Provinsi Anbar, wilayah di mana sebagian besar pertempuran berlangsung, mengatakan, pemerintah tidak mengizinkan mereka memasuki kota tanpa sponsor terlebih dahulu dari lembaga-lembaga Islam Sunni.
Seorang wanita yang terjebak di luar jembatan menuju Baghdad selatan mengatakan kepada Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), ia dan warga lainnya mengungsi dan terpaksa harus tidur di tempat terbuka.
“Kami tidur di jalanan, di tempat terbuka, dalam kondisi menyedihkan, kami telah meninggalkan semuanya,” kata wanita itu.
Baca Juga: Israel Duduki Desa-Desa di Suriah Pasca-Assad Terguling
Omar Al-Saleh Al Jazeera melaporkan dari Baghdad, masjid di kota itu telah membuka pintu untuk pengungsi yang menyelamatkan diri dari kekerasan, setelah otoritas tertinggi Sunni di negara itu mensponsori mereka masuk ke dalam kota.
“Jumlah orang yang datang ke ibukota telah membuat pihak berwenang gelisah, beberapa menuduh pemerintah acuh tak acuh,” kata wartawan Al Jazeera.
Parlemen Irak telah meminta pemerintah untuk mengangkat pembatasan pada orang-orang yang masuk ke ibukota dan mengirim lebih banyak senjata dan tentara untuk membantu suku-suku di Anbar dalam mengatasi ISIS.
Pemerintah telah membiarkan 10.000 orang pengungsi masuk ke ibukota dari 90.000 warga Irak yang mengungsi menurut perhitungan PBB.
Baca Juga: Warga Palestina Mulai Kembali ke Yarmouk Suriah
Para pejabat keamanan khawatir pejuang ISIS mungkin telah menyusup di tengah-tengah pengungsi.
Pejabat mengatakan perlu memverifikasi mereka yang datang agar tidak menimbulkan risiko bagi orang lain.
Kementerian Pengungsi dan Migrasi mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan PBB mengkoordinasikan kedatangan para pengungsi dari Anbar. (T/P001/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel