Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengungsi Rohingya di Bangladesh Peringati Tujuh Tahun Eksodus

Rudi Hendrik Editor : Widi Kusnadi - Senin, 26 Agustus 2024 - 20:48 WIB

Senin, 26 Agustus 2024 - 20:48 WIB

14 Views

Pengungsi Rohingya menggunakan rakit darurat untuk menyeberangi Sungai Naf dari Myanmar ke Bangladesh. (Foto: UNHCR/Andrew McConnell)

Cox’s Bazar, MINA – Puluhan ribu pengungsi Rohingya dari Myanmar yang tinggal di kamp-kamp yang luas di Bangladesh pada Ahad ((25/8) memperingati tujuh tahun eksodus massal mereka, dengan menuntut pengembalian yang aman ke negara bagian Rakhine di Myanmar.

Para pengungsi berkumpul di lapangan terbuka di kamp Kutupalong di Distrik Cox’s Bazar sambil membawa spanduk dan karangan bunga bertuliskan “Harapan adalah Rumah” dan “Kami Rohingya adalah warga negara Myanmar”.

Aksi peringatan itu dilakukan dibawah guyuran hujan pada hari yang diperingati sebagai “Hari Genosida Rohingya”, The Asahi Shimbun melaporkan.

Pada tanggal 25 Agustus 2017, ratusan ribu pengungsi Rohingya mulai menyeberangi perbatasan ke Bangladesh dengan berjalan kaki dan dengan perahu, di tengah pembunuhan tanpa pandang bulu dan kekerasan lainnya di negara bagian Rakhine di Myanmar.

Baca Juga: Bahas Situasi Gaza, Wakil Negara Islam dan Eropa Bertemu di Spanyol

Myanmar telah melancarkan tindakan keras yang brutal setelah serangan oleh kelompok pemberontak terhadap pos jaga. Skala, organisasi, dan keganasan operasi tersebut menyebabkan tuduhan dari masyarakat internasional, termasuk PBB, tentang pembersihan etnis dan genosida.

Perdana Menteri Bangladesh saat itu, Sheikh Hasina, memerintahkan penjaga perbatasan untuk membuka perbatasan, yang akhirnya memungkinkan lebih dari 700.000 pengungsi untuk berlindung di negara berpenduduk mayoritas Muslim tersebut. Gelombang pengungsi ini merupakan tambahan bagi lebih dari 300.000 pengungsi yang telah tinggal di Bangladesh selama beberapa dekade setelah gelombang kekerasan sebelumnya yang dilakukan oleh militer Myanmar.

Sejak 2017, Bangladesh telah berupaya setidaknya dua kali untuk memulangkan para pengungsi dan telah mendesak masyarakat internasional untuk memberikan tekanan kepada Myanmar. Hasina juga meminta bantuan dari Tiongkok untuk menjadi penengah.

Namun, baru-baru ini, situasi di negara bagian Rakhine menjadi lebih tidak stabil setelah sebuah kelompok bernama Tentara Arakan mulai berperang melawan pasukan keamanan Myanmar.

Baca Juga: Mahasiswa Harvard Gelar Aksi Diam Dukung Palestina

Kekacauan yang kembali terjadi memaksa lebih banyak pengungsi untuk melarikan diri ke Bangladesh dan tempat lain dalam upaya putus asa untuk menyelamatkan hidup mereka. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: AS Setujui Penjualan Tank ke Israel Senilai 164 Juta Dolar

Rekomendasi untuk Anda

Asia
Asia
Internasional
Internasional
Indonesia