Tambru, Perbatasan Myanmar dan Bangladesh, MINA – Pengungsi Rohingya yang tinggal di Tanah Tanpa Manusia, daerah Tambru antara perbatasan Myanmar dan Bangladesh, memprotes proses repatriasi dan menuntut jaminan keamanan dari Pemerintah Myanmar.
Para pengungsi melakukan protes pada Sabtu dan Ahad (18/2), demikian Dhaka Tribune melaporkan.
Dil Mohammed dan Arif Hossain, dua pemimpin Rohingya di daerah tersebut, mengklaim bahwa tentara Myanmar dan ekstremis Mogh (Buddha) masih mengancam dan akan menyiksa orang-orang Rohingya yang masih tinggal di negara bagian Rakhine.
“Orang-orang Rohingya di Tanah Tanpa Manusia ingin tidak merasa terancam. Khawatir nama mereka dimasukkan ke dalam daftar repatriasi sehingga akan membuat mereka berisiko lagi,” kata keduanya.
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
Para pemrotes menuntut penempatan pasukan pemelihara perdamaian PBB di wilayah mayoritas Rohingya di Rakhine dan pengakuan orang-orang Rohingya sebagai warga Myanmar.
Mereka juga menginginkan organisasi dan media internasional terlibat dalam proses repatriasi dan memantau keseluruhan situasi, bersamaan dengan implementasi penuh rekomendasi yang dibuat dalam laporan Komisi Penasihat Kofi Anan di Negara Bagian Rakhine, serta usulan lima poin dari Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina.
Dil Mohammad mengatakan bahwa para pengungsi tidak akan kembali ke tanah air mereka sampai tuntutan mereka terpenuhi.
Dilaporkan lebih dari 6.500 warga Rohingya di Tambru melakukan demonstrasi di antara 8.032 yang disebut dalam daftar repatriasi awal.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Orang-orang Rohingya di Tanah Tanpa Manusia tidak menjadi sasaran upaya intimidasi oleh pasukan keamanan Myanmar selama beberapa bulan terakhir.
Namun, situasinya memburuk setelah Wakil Menteri Dalam Negeri Myanmar Mayjen Aung Soe mengunjungi daerah perbatasan Tambru pada 8 Februari lalu.
Polisi perbatasan mengeluarkan peringatan kepada pengungsi Rohingya menggunakan pengeras suara agar meninggalkan daerah itu dan pulang ke Rakhine, tapi di malam hari, penjaga perbatasan mematikan lampu dan menembakkan tembakan untuk menakut-nakuti pengungsi. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)