Jakarta, 25 Rajab 1436/14 Mei 2015 (MINA) – Sebanyak 582 orang pengungsi Rohingya telah dipindahkan ke sebuah gedung olahraga di Lok Sukon, Aceh Utara, untuk memberi tempat penampungan yang lebih baik, untuk diberi pelayanan kesehatan dan untuk memudahkan fihak imigrasi mengadakan penelitian dan investigasi, apalagi karena kasus ini terkait dengan perdagangan manusia.
Dilaporkan, warga setempat juga antusias membantu saudara-saudara satu agama itu dengan makanan, minuman, pakaian dan lain-lain.
Sementara itu Sekretaris Pusat Advokasi Hak Manusia (PAHAM), Kahairil Anwar menjelaskan pada Mi’Raj Islamic News Agency (MINA), Rabu, kondisi kesehatan ratusan Muslim Rohingya yang terdampar di perairan wilayah Kabupaten Aceh Utara itu masih memprihatinkan.
Kendati sudah ditangani oleh dinas kesehatan dan LSM setempat, namun mereka masih tetap dalam pantauan. Pasalnya mereka terapung di perairan laut terhitung empat bulan lamanya.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Selasa Ini Mendung, Berpotensi Hujan Ringan
“Kami mendapat informasi, mereka sudah sejak empat bulan yang lalu terapung di laut,” kata Sekretaris PAHAM.
Menurut penuturannya, ratusan dari ribuan Muslim Rohingya yang terdampar di tiga titik yang tidak berjauhan tersebut kebanyakan menderita penyakit Kispa.
“Kebanyakan penyakit yang diderita para imigran Rohingya adalah diare dan demam, bahkan ada beberapa diantara mereka terserang penyakit Kispa,” katanya.
Sebanyak 582 orang saat ini berada di gedung oleh raga (Gor), Loksukon-Aceh Utara dibawah pantauan pemerintah daerah. Dari jumlah tersebut, setidaknya sebanyak 70 diidentifikasi adalah perempuan dan 20 anak dan balita.
Baca Juga: Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah MTQ Tunanetra Internasional
Khairul menambahkan jumlah tersebut belum termasuk 100 orang yang meninggal di perairan laut lepas.
Pria yang juga seorang pengacara tersebut mengatakan, ratusan pencari suaka saat ini membutuhkan pakaian makanan, dan obat-obatan.
“Jika para pengungsi tidak segera ditangani, maka akan menambah banyak korban lagi nantinya,” katanya.
Ratusan imigrasi asal Rohingya dan Banglades ini akan diidentifikasi oleh pihak imigrasi, kemudian akan diverifikasi oleh Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Pengungsi (UNHCR), untuk penentuan status sebagai pencari suaka atau bukan.
Baca Juga: Sejumlah Wilayah di Banyumas, Jateng Terendam Banjir
“Jika sudah dipastikan statusnya, maka mereka akan ditangani oleh UNHCR dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM),” tambahnya.
Rohingya merupakan etnis minoritas Muslim yang mendiami wilayah Arakan sebelah utara Myanmar berbatasan dengan Bangladesh, yang dahulu wilayah ini dikenal dengan sebutan Rohang dan saat ini lebih dikenal dengan Rakhine.
Sejak kemerdekaan negara Myanmar pada 1948, Rohingya menjadi satu-satunya etnis yang paling tertindas di Myanmar.
Menurut data yang dihimpun oleh MINA, Aceh merupakan daerah utama hadirnya Rohingya di Indonesia, mengingat secara geografis wilayah itu paling dekat dengan Myanmar, Malaysia dan Thailand.(L/Poo4/P2)
Baca Juga: BNPB Pastikan Tanggap Darurat Sukabumi Berjalan Cepat dan Tepat
Mi’raj Islamic News Agency