Pengungsi Rohingya Hadapi Krisis Penyakit Musim Dingin

dok foto: Danish Refugee Council (DRC)

Dhaka, MINA – Para pejabat kesehatan memperingatkan bisa terjadinya krisis penyakit pada puluhan ribu pengungsi Rohingya yang tinggal di tenda-tenda darurat di kamp-kamp Bangladesh. Berbagai usaha pencegahan dan pengobatan terus dilakukan.

“Musim dingin semakin mencengkam, ​​ada kecenderungan peningkatan jumlah pasien yang menderita pneumonia dan diare.  Anak-anak dan orangtua adalah yang paling rentan terserang penyakit ini,” kata Ahli Bedah Sipil di Cox’s Bazar Dr. Abdul Matin, demikian Arabnews melaporkan, Selasa (31/12).

Matin, pejabat pemerintah sektor kesehatan tertinggi di distrik itu mengatakan, para dokter dan petugas medis di Rumah Sakit Umum Ukhia yang dikelola negara siap siaga untuk memberikan dukungan perawatan kesehatan maksimum kepada pasien Rohingya.

“Kami siaga untuk memberikan perawatan terbaik bagi para pengungsi. Beberapa rumah sakit dan pusat kesehatan kami menyediakan layanan sepanjang waktu bagi mereka,” ujarnya.

Menurutnya, cuaca dingin yang saat ini mencekam negara itu telah meningkatkan penderitaan bagi puluhan ribu orang di kamp-kamp di Cox’s Bazar, dengan anak-anak dan orang tua yang terkena dampak terburuk.

Sementara itu untuk membantu mencegah penyebaran kolera di kalangan pengungsi, Pemerintah Bangladesh, dengan bantuan dari UNICEF (Dana Anak PBB), menjalankan program vaksinasi kolera oral di 34 kamp, yang tahap pertama berakhir pada 31 Desember.

Matin menunjukkan bahwa untuk melindungi anak-anak dari pneumonia dan penyakit pernapasan lainnya, pemerintah juga menjalankan program imunisasi terhadap infeksi pernapasan akut.

Salah seorang orangtua pasien bernama Amena Khatun (38) mengatakan, anak perempuannya yang berusia enam tahun menderita diare selama tiga hari dan tidak bisa makan apa pun.

“Anak perempuan saya yang berusia enam tahun menderita diare selama tiga hari terakhir. Dia tidak bisa makan apa pun sekarang, dan apa pun yang dia makan atau minum dia tidak bisa tahan lama, dan memuntahkannya,” ujarnya.

Sementara perempuan Rohingya lainnya, Saleha Begum (24) sedang menunggu bertemu dokter dengan putranya yang berusia tiga tahun di sebuah pusat kesehatan yang dikelola oleh organisasi kesehatan BRAC.

“Arman kecil (putranya) belum tidur selama dua malam terakhir. Dia menderita masalah pernapasan serius. Saya tidak tahu apa yang terjadi padanya,” katanya.

Juru Bicara UNHCR (Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi) di Cox’s Bazar Louise Donovan mengatakan, untuk memerangi musim dingin yang sedang berlangsung, badan-badan kesehatan telah menjalankan 129 pos medis di kamp-kamp pengungsi Cox’s Bazar dan 32 pusat perawatan kesehatan utama yang menyediakan layanan 24/7.

“UNHCR dan para mitranya telah mendistribusikan perlengkapan bantuan musim dingin, yang meliputi selimut dan alas tidur, kepada lebih dari 86.000 rumah tangga untuk membantu para pengungsi tetap hangat selama cuaca buruk. Distribusi lebih lanjut sedang berlangsung,” katanya.

Bangladesh saat ini menampung lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya, yang sebagian besar dari mereka melarikan diri dari Negara Bagian Rakhine di Myanmar menyusul tindakan keras militer pada Agustus 2017.

Menurut data UNICEF, lebih dari setengah populasi Rohingya di Cox’s Bazar berusia di bawah 18 tahun. (T/Ais/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.