Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penjajahan di Palestina: Potret Perjuangan Panjang yang Juga Pernah Dirasakan Indonesia

sri astuti Editor : Widi Kusnadi - 20 detik yang lalu

20 detik yang lalu

0 Views

DELAPAN puluh tahun lalu, bangsa Indonesia mengumandangkan proklamasi kemerdekaan, menandai berakhirnya masa panjang penjajahan. Namun, di saat rakyat Indonesia merayakan usia kemerdekaan yang ke-80, masih ada bangsa yang hingga hari ini belum merasakan kebebasan yang sama, Palestina.

Hari ini, penjajahan di Palestina justru terus berlangsung dengan wajah yang semakin bengis.

Sejarah panjang penderitaan Palestina bermula pada awal abad ke-20 ketika proyek kolonialisme modern dilancarkan melalui Deklarasi Balfour tahun 1917. Inggris kala itu menjanjikan tanah Palestina sebagai “tanah air” bagi bangsa Yahudi.

Puncaknya, pada 1948, berdirilah “negara Israel” di atas tanah Palestina, yang disertai pengusiran massal lebih dari 700 ribu warga Palestina dari rumah mereka, peristiwa yang dikenal sebagai Nakba atau “malapetaka”. Sejak saat itu, penderitaan rakyat Palestina seolah tak pernah menemukan ujung.

Baca Juga: Solidaritas Umat Islam Sejak Awal Kemerdekaan Indonesia

Perjalanan sejarah menunjukkan bahwa pendudukan Israel tidak pernah berhenti. Perang 1967 membuat Israel menguasai lebih banyak wilayah, termasuk Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza.

Di wilayah milik Palestina itu, permukiman ilegal Israel terus dibangun, merampas lahan dan sumber daya yang semestinya menjadi hak rakyat Palestina. Ironisnya, di tengah sorotan dunia, Israel justru semakin memperluas cengkeramannya dengan dukungan negara-negara besar.

Situasi hari ini bahkan semakin memburuk. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, baru-baru ini dengan gamblang mengumumkan rencana “Israel Raya” yang bertujuan mencaplok Gaza serta mengusir warganya.

Mimpi Israel untuk menghapus eksistensi Palestina secara keseluruhan kian nyata. Genosida yang berlangsung di Gaza, dengan puluhan ribu korban jiwa yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, menjadi bukti kongkret dari proyek penjajahan yang sistematis.

Baca Juga: Ambisi “Israel Raya” Netanyahu, Bahaya Bagi Palestina, Ancaman Bagi Dunia

Apa yang dirasakan rakyat Palestina hari ini sejatinya pernah juga dialami bangsa Indonesia. Selama berabad-abad, rakyat Indonesia dipaksa tunduk di bawah kekuasaan penjajah yang merampas tanah, memeras sumber daya, hingga menindas kebebasan.

Perlawanan yang dilakukan bukan hanya untuk merebut kemerdekaan, tetapi juga untuk mempertahankan harga diri dan hak untuk hidup sebagai manusia yang merdeka.

Sejarah juga mencatat, Palestina adalah salah satu negara yang berada di garda depan mendukung kemerdekaan Indonesia. Dukungan itu datang bahkan sebelum Indonesia resmi diakui secara internasional. Karena itu, hubungan Indonesia dan Palestina bukan sekadar solidaritas, melainkan ikatan sejarah dan moral yang lahir dari pengalaman pahit yang sama: menjadi korban penjajahan.

Kini, di usia kemerdekaan Indonesia yang ke-80, refleksi menjadi semakin penting. Kemerdekaan bukan sekadar hak, melainkan amanah untuk membela mereka yang masih dirampas kebebasannya.

Baca Juga: Solidaritas 80 Tahun HUT RI, Bersama Sumud Flotilla Tembus Blokade Gaza

Apa yang diderita Palestina hari ini adalah pengingat bahwa penjajahan belum sepenuhnya lenyap dari muka bumi. Maka suara Indonesia seharusnya lebih lantang dalam menolak kezaliman Israel, mendukung perjuangan rakyat Palestina, dan mengingatkan dunia bahwa “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan”.

Kemerdekaan sejati bukan hanya milik bangsa yang berhasil meraihnya, tetapi juga cita-cita universal umat manusia. Karena itu, peringatan kemerdekaan Indonesia ke-80 seharusnya tak berhenti pada perayaan simbolik, melainkan menjadi momentum untuk meneguhkan kembali janji konstitusi: mendukung perjuangan bangsa lain dalam merebut kemerdekaan. Dan di hadapan kita hari ini, Palestina adalah wajah paling nyata dari perjuangan itu. []

 

Mi’raj News Agency (MINA) 

Baca Juga: Merawat Rahmat Kemerdekaan Republik Indonesia

Rekomendasi untuk Anda