Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penjelasan Menag Soal Mengapa Perlu UIII

Rana Setiawan - Rabu, 6 Juni 2018 - 08:49 WIB

Rabu, 6 Juni 2018 - 08:49 WIB

5 Views

Menag Lukman Hakim menyampaikan laporan pada peletakan batu pertama kampus UIII di Depok, Selasa, 5 Juni 2018, Pukul 10:20 WIB . (Foto: danil)

Jakarta, MINA – Pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Cimanggis, Depok, dimulai hari ini, Selasa (05/06), ditandai peletakan batu pertama oleh Presiden Joko Widodo. Sebelumnya, Presiden telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2016 Tentang Pendirian UIII.

Menag Lukman Hakim Saifuddin mengaku sering mendapat pertanyaan sejak Perpres itu diterbitkan; mengapa perlu membangun lagi sebuah Universitas Islam baru di Indonesia? Bukankah sudah ada puluhan perguruan tinggi Islam negeri dan bahkan ratusan kampus Islam swasta?

UIII dibangun tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik di bidang pendidikan tinggi Islam. Lebih dari itu, UIII hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat global, dan sekaligus untuk meneguhkan kepemimpinan Indonesia di dunia Islam internasional,” kata Menag saat menyampaikan laporan Pendirian Kampus UIII di hadapan Presiden dan tamu undangan, Cimanggis, Depok, Selasa (5/6), demikian laporan Kemenag.

Tampak hadir dalam kesempatan ini, Wapres Jusuf Kalla, Ketua Komisi VIII DPR, para pimpinan dan anggota lembaga Negara, Duta Besar Negara-negara sahabat, Menteri Kabinet Kerja, Gubernur Jawa Barat, Walikota Depok, serta tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pimpinan Perguruan Tinggi.

Baca Juga: Doa Bersama Menyambut Pilkada: Jateng Siap Sambut Pesta Demokrasi Damai!

Menurut Menag, UIII hanya akan membuka tingkat pendidikan Magister dan Doktor. UIII dibangun di atas tiga nilai dasar yang akan mewarnai keseluruhan aktifitasnya, yakni: nilai-nilai keislaman, wawasan dan proyeksi global, serta nilai-nilai ke-Indonesia-an.

Berbeda dengan kampus-kampus Islam yang sudah ada, lanjut Menag, UIII diproyeksikan tidak hanya sebagai institusi pendidikan yang berfungsi untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar, riset, dan pengabdian masyarakat semata. Lebih dari itu, pembangunan kampus ini adalah upaya untuk membangun peradaban Islam Indonesia, serta menjadi kontribusi terhadap peradaban global melalui jalur pendidikan.

“Sebagai Negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, peradaban Islam Indonesia menjadi salah satu pusat perhatian dunia,” tegasnya.

“Secara umum, dunia mengapresiasi Muslim Indonesia yang memiliki kemampuan mengelola keragaman budayanya, menjaga toleransi dan keharmonisan antarwarganya, serta yang terpenting juga terbuka terhadap nilai-nilai universal demokrasi dan hak-hak asasi manusia. Hal ini telah berhasil memikat dunia muslim untuk belajar dan mengambil inspirasi dari Indonesia,” sambungnya.

Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Sore Hari Ini

Untuk itu, UIII nantinya tidak hanya memiliki fakultas dan perpustakaan layaknya kampus. UIII juga akan memfasilitasi berdirinya Pusat Peradaban Islam, Pusat Kajian Strategis Islam, Pusat Studi Kawasan Islam, serta Museum Seni dan Budaya Islam, yang akan menjadi pusat preservasi ragam artefak dan manuskrip Islam Nusantara.

Selama ini, jika dunia internasional membincang peradaban Islam, maka yang selalu mengemuka adalah peradaban Islam Arab, Peradaban Islam Persia, atau Peradaban Islam Turki, tanpa menyebut peradaban Islam Indonesia. Padahal, sejarah peradaban Islam Indonesia atau Nusantara telah melewati rentang waktu yang amat panjang selama berabad-abad, serta telah mewariskan satu karakter Islam wasathiyah, Islam moderat, yang terbukti handal mengembangkan nilai-nilai Islam dalam lingkungan budaya yang plural dan toleran.

“Dengan dibangunnya kampus ini, kita harus pastikan bahwa kelak, perbincangan peradaban Islam di dunia akademik Internasional tidak lagi hanya terbatas pada peradaban Islam di dunia Arab, Persia, atau Turki, melainkan termasuk dan tak terpisahkan di dalamnya Peradaban Islam Indonesia,” harap Menag.

Ditambahkan Menag, dalam rangka mensinergikan nilai-nilai ke-Islam-an dengan keilmuan, UIII juga tidak hanya akan mencetak sarjana, tapi juga menyiapkan imam-imam Muslim berkelas internasional, yang akan menjadi duta-duta perdamaian dunia, penyambung lidah inspirasi nilai-nilai Islam washatiyah Indonesia kepada dunia internasional.

Baca Juga: Dr. Nurokhim Ajak Pemuda Bangkit untuk Pembebasan Al-Aqsa Lewat Game Online

UIII akan memiliki tujuh fakultas, yakni: Kajian Islam (Islamic Studies), Ilmu Sosial (Social Sciences), Humaniora (Humanities), Pendidikan (Education), Ekonomi Islam (Islamic Economics and Finance), Sains (Sciences), serta Arsitektur dan Seni (Architecture and Fine Arts). Untuk tahun pertama, tiga fakultas yang akan dibuka adalah Islamic Studies, Political Science, dan Education.

Kampus UIII akan dibangun di atas tanah seluas 142,5 hektar. Maksimal 30% dari lahan itu akan diisi dengan bangunan, sedangkan 70% lainnya adalah taman sebagai lahan hijau untuk menjaga keseimbangan alam. Taman ini akan difungsikan sebagai ruang hijau kawasan kampus dan Kota Depok, sekaligus tempat rekreasi warga UIII dan sekitarnya.

“Kampus UIII akan menjadi tempat strategis mengenalkan kekayaan dan keragaman tradisi Islam Indonesia yang moderat ke dunia internasional, karena 70 % dari mahasiswanya akan berasal dari perwakilan berbagai Negara,” tambahnya.(R/R01/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Haji 1445 H