New York, 7 Sya’ban 1434/16 Juni 2013 (MINA) – Amerika Serikat akan tetap menyiagakan pesawat jet F-16 dan peluncur rudal di Yordania setelah mengadakan latihan militer bersama dengan negara Arab, Juru bicara Pentagon mengatakan.
Juru bicara Pentagon George Little mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu bahwa peluncur rudal dan jet akan tinggal di Yordania setelah latihan bersama kedua belah pihak bulan ini.
Menurut Press TV dan dikutip oleh Kantor Berita Mi’raj News Agency (MINA), Menteri Pertahanan Chuck Hagel telah menyetujui permintaan dari kerajaan Yordania untuk tetap menahan detasemen pesawat F-16 dan rudalnya agar tetap di Yordania setelah kesimpulan dari adanya latihan bersama yang dinamakan “Eager Lion” minggu depan,” kata Little.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
“Semua personel AS lainnya yang ditugaskan ke Yordania untuk misi Eager Lion akan berangkat pada akhir latihan. Amerika Serikat begitu menikmati kerjasama dengan Yordania dan berkomitmen untuk pertahanan,” tambahnya.
Langkah ini datang sebagaimana diplomat Barat mengatakan pada Jumat bahwa pemerintah AS sedang mempertimbangkan membangun zona larangan terbang di atas Suriah.
Rusia mengecam keputusan Washington untuk menjaga peralatan militernya di Yordania, Rusia mengatakan setiap upaya untuk memaksakan zona larangan terbang menggunakan F-16 dari Yordania akan dianggap sebagai ilegal.
“Anda tidak perlu menjadi seorang ahli untuk memahami bahwa ini akan melanggar hukum internasional,” kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Sementara itu, New York Times melaporkan pada 13 Juni bahwa pemerintahan Obama telah memutuskan untuk mulai memasok para militan di Suriah dengan senjata kecil dan amunisi.
Bantuan, dikoordinasikan oleh agen mata-mata CIA, bisa termasuk senjata anti-tank, kata surat kabar itu.
Senator AS John McCain, yang merupakan pendukung setia mempersenjatai militan di Suriah, mengatakan pada hari yang sama bahwa Washington bahkan harus memikirkan rencana lain selain mengirim senjata kepada militan “untuk mengubah persamaan di medan perang.”
Gejolak di Suriah meletus pada Maret 2011, dan banyak orang, termasuk sejumlah besar tentara dan aparat keamanan Suriah telah tewas sejauh ini.
Baca Juga: Israel Caplok Golan, PBB Sebut Itu Pelanggaran
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Navi Pillay mengatakan pada 13 Juni bahwa setidaknya ada 93.000 orang telah tewas sejak pecahnya kerusuhan terhadap pemerintah Suriah. (T/P05/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: AS Tolak Laporan Amnesty yang Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza