Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pentingnya Empati

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 14 detik yang lalu

14 detik yang lalu

1 Views

Empati adalah memahami perasaan orang lain (foto: ig)

Empati, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk merasakan atau memahami perasaan dan kondisi orang lain, memiliki landasan kuat dalam ajaran Islam. Dalam perspektif syariah, empati bukan hanya ekspresi emosional, tetapi merupakan buah dari ilmu yang mendalam dan pemahaman terhadap nilai-nilai akhlak Islam.

Allah Ta’ala memerintahkan umat-Nya untuk saling peduli, tolong-menolong, dan memahami satu sama lain, sebagaimana tercermin dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Tulisan ini akan menguraikan landasan empati dalam Islam dengan dalil-dalil qath’i dan menjelaskan bagaimana ilmu menjadi akar dari sikap empati.

Empati adalah bagian dari akhlak mulia yang dianjurkan oleh Allah Ta’ala. Salah satu dalil qath’i yang menunjukkan pentingnya saling peduli adalah firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Ma’idah: 2)

Ayat ini menekankan pentingnya kolaborasi dalam kebajikan, yang tidak mungkin terjadi tanpa adanya empati terhadap kondisi orang lain. Empati juga diperkuat dengan perintah Allah agar umat Islam bersikap lembut dan penuh kasih, sebagaimana firman-Nya, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.” (QS. Ali Imran: 159)

Baca Juga: Program Akselerator Dukung Generasi Baru Startup Halal Berdampak Dimulai 6 Januari 2025

Dalam hadis, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga menegaskan bahwa empati adalah salah satu ciri keimanan. Beliau bersabda, “Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta, kasih sayang, dan empati mereka seperti satu tubuh; jika satu anggota tubuh sakit, seluruh tubuh merasakan sakit dengan demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa empati adalah manifestasi dari persaudaraan iman yang saling terikat dalam kasih sayang.

Ilmu Sebagai Akar dari Empati

Dalam Islam, ilmu adalah fondasi utama bagi pembentukan akhlak. Ilmu yang benar memberikan pemahaman yang mendalam tentang tujuan hidup, hak-hak sesama, dan tanggung jawab seorang hamba kepada Allah dan makhluk lainnya. Firman Allah, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah: 11)

Baca Juga: Berkah

Ilmu bukan hanya untuk kepentingan intelektual, tetapi juga untuk membentuk akhlak mulia seperti empati. Pemahaman terhadap ilmu agama, khususnya, mengajarkan seseorang untuk memahami situasi orang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika seseorang memiliki ilmu yang mendalam, ia memahami nilai-nilai kasih sayang yang diamanatkan oleh Allah. Sebagai contoh, ilmu tentang hukum zakat mengajarkan pentingnya kepedulian kepada kaum dhuafa, sementara ilmu tentang fiqh muamalah mendorong seseorang untuk adil dan peka terhadap hak-hak orang lain.

Empati dalam Islam adalah cerminan langsung dari keimanan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan, “Tidaklah beriman salah seorang dari kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ilmu yang benar akan membawa seseorang untuk memahami ayat-ayat Allah dan realitas sosial di sekitarnya, sehingga mendorongnya untuk bersikap empati. Empati yang lahir dari ilmu juga menjadikan seseorang mampu merespons kebutuhan orang lain dengan cara yang tepat dan penuh kebijaksanaan.

Baca Juga: Yayasan Askara Luncurkan Program Pelatihan Keterampilan Tata Boga di Rumah Gizi Bandung

Empati adalah buah dari ilmu yang diperoleh melalui penghayatan terhadap ajaran Islam. Dengan ilmu, seseorang tidak hanya memahami hakikat empati sebagai nilai, tetapi juga mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan panduan syariah. Dalil-dalil qath’i dari Al-Qur’an dan hadis menegaskan bahwa empati adalah bagian integral dari keimanan dan akhlak mulia. Maka, umat Islam dituntut untuk terus menuntut ilmu sebagai langkah awal dalam membangun karakter yang penuh empati, sebagaimana firman Allah, “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS. Al-Isra’: 36). Wallahu a’lam bish-shawab.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Apa Itu Cash Flow? Pengertian, Jenis, dan Dampaknya

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
MINA Preneur
Tausiyah
Tausiyah
Eropa